
Harga Komoditas Anjlok, Defisit Anggaran Membengkak
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
16 May 2019 20:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hingga 30 April 2019 baru mencapai Rp 46,2 triliun, berdasarkan keterangan Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam konferensi pers hari Kamis (16/5/2019).
Meskipun masih tumbuh 0,6% dibanding periode yang sama tahun lalu, tapi sudah jauh melambat. Sebab para April 2018 pertumbuhan PNBP sebesar 37,6%.
Bahkan kali ini realisasi dari seluruh pos PNBP terhadap target APBN 2019 tercatat lebih rendah dibanding tahun 2018.
Paling rendah adalah PNBP Sumber Daya Alam sektor migas, dimana hanya sebesar 22,1% terhadap target APBN 2019.
Menurut Sri Mulyani, harga-harga komoditas yang rendah tahun ini menjadi sebab realisasi PNBP yang cenderung tertekan.
Sebab, salah satu komponen PNBP adalah royalti yang didapat pemerintah dari aktivitas pemanfaatan sumber daya alam, serta hasil pengelolaan kekayaan negara.
Per April 2019, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) hanya sebesar US$ 60,49/barel. Padahal tahun ini pemerintah mematok asumsi ICP sebesar US$ 70/barel.
Alhasil tentu saja penerimaan negara dari migas kali ini jauh dari target yang sudah ditentukan.
Kasus ini jauh berbeda dibanding tahun 2018, dimana pemerintah mematok ICP di level US$ 48/barel, sedangkan harga minyak terus melambung tinggi. ICP rata-rata sepanjang tahun 2018 mencapai US$ 67,47.
Tidak hanya migas, non migas pun mengalami nasib serupa. Komoditas ekspor utama Indonesia, batu bara juga mengalami koreksi harga sejak tahun 2018 hingga saat ini.
Secara rata-rata, Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode Januari-April 2019 hanya sebesar US$ 90,9/metrik ton, atau lebih rendah 7,44% ketimbang periode yang sama tahun 2018.
Sejatinya, bila kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin capaian pendapatan negara tahun ini jauh dari target yang telah ditetapkan.
Akibatnya, defisit anggaran bisa membengkak karena anggaran belanja sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan pendapatan negara yang dihitung sebelumnya.
Pun gejalanya sudah dapat dilihat. Per April 2019, defisit anggaran sudah mencapai 0,63% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hampir dua kali lipat lebih dalam dibanding defisit anggaran per April 2018 yang sebesar 0,37% terhadap PDB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article OPEC & Sekutu Pangkas Produksi Minyak
Meskipun masih tumbuh 0,6% dibanding periode yang sama tahun lalu, tapi sudah jauh melambat. Sebab para April 2018 pertumbuhan PNBP sebesar 37,6%.
Bahkan kali ini realisasi dari seluruh pos PNBP terhadap target APBN 2019 tercatat lebih rendah dibanding tahun 2018.
Paling rendah adalah PNBP Sumber Daya Alam sektor migas, dimana hanya sebesar 22,1% terhadap target APBN 2019.
Menurut Sri Mulyani, harga-harga komoditas yang rendah tahun ini menjadi sebab realisasi PNBP yang cenderung tertekan.
Sebab, salah satu komponen PNBP adalah royalti yang didapat pemerintah dari aktivitas pemanfaatan sumber daya alam, serta hasil pengelolaan kekayaan negara.
Per April 2019, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) hanya sebesar US$ 60,49/barel. Padahal tahun ini pemerintah mematok asumsi ICP sebesar US$ 70/barel.
Alhasil tentu saja penerimaan negara dari migas kali ini jauh dari target yang sudah ditentukan.
Kasus ini jauh berbeda dibanding tahun 2018, dimana pemerintah mematok ICP di level US$ 48/barel, sedangkan harga minyak terus melambung tinggi. ICP rata-rata sepanjang tahun 2018 mencapai US$ 67,47.
Tidak hanya migas, non migas pun mengalami nasib serupa. Komoditas ekspor utama Indonesia, batu bara juga mengalami koreksi harga sejak tahun 2018 hingga saat ini.
Secara rata-rata, Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode Januari-April 2019 hanya sebesar US$ 90,9/metrik ton, atau lebih rendah 7,44% ketimbang periode yang sama tahun 2018.
Sejatinya, bila kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin capaian pendapatan negara tahun ini jauh dari target yang telah ditetapkan.
Akibatnya, defisit anggaran bisa membengkak karena anggaran belanja sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan pendapatan negara yang dihitung sebelumnya.
Pun gejalanya sudah dapat dilihat. Per April 2019, defisit anggaran sudah mencapai 0,63% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Hampir dua kali lipat lebih dalam dibanding defisit anggaran per April 2018 yang sebesar 0,37% terhadap PDB.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article OPEC & Sekutu Pangkas Produksi Minyak
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular