Suasana tambang batu bara bernama Kaltim Prima Coal (KPC) yang berlokasi di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Tambang batu bara tersbut membentang seluas 84.938 hektar yang berdiri sejak 1982. (CNBC Indonesia/ Wahyu Daniel)
Pada 2003, tambang ini diambil alih kepemilikannya oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebanyak 100%. Saat ini, kepemilikan BUMI di KPC 51%, sebanyak 30% dimiliki oleh Tata Power asal India, dan 19% dimiliki oleh China Investment Cooperation (CIC). (CNBC Indonesia/ Wahyu Daniel)
KPC merupakan perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. Lokasinya di Sangatta dan Bengalon. (CNBC Indonesia/ Wahyu Daniel)
Untuk mencapai tambang batu bara ini harus melalui Balikpapan. Dari Balikpapan, perjalanan dilanjutkan menggunakan pesawat twin otter selama kurang lebih 50 menit ke bandara Tanjung Bara yang dibangun oleh KPC. (CNBC Indonesia/ Wahyu Daniel)
Tambang raksasa batu bara ini juga memiliki kawasan reklamasi pasca-tambang, seperti jembatan yang menuju telaga Batu Arang ini.
PLTU ini sebanyak 18 MW diberikan KPC kepada PLN untuk melistriki warga di Sangatta. Pembangkit ini juga menggerakkan conveyor yang berfungsi mengirim batu bara dari tempat pengolahan batu bara mentah menuju ke pelabuhan. (CNBC Indonesia/ Wahyu Daniel)
Ekskavator yang sekali ayun meraup 70 ton batu bara ini harganya US$ 5 juta. Sementara truk-truk raksasa yang ada di tambang itu dibeli seharga sekitar US$ 2 juta. (CNBC Indonesia/ Wahyu Daniel)
Ada satu lokasi bekas tambang yang dipersiapkan KPC untuk wilayah wisata. Nama tempat tersebut adalah Telaga Batu Arang. Namun lokasi ini belum dibuka untuk umum, karena masih memastikan aturan untuk pengelolaan lahan bekas tambang. (CNBC Indonesia/ Wahyu Daniel)