
Sudah Lelah Bangun Tol, Jokowi Makin Tak Diminati Sumatera
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
18 April 2019 15:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun diunggulkan secara nasional berdasarkan quick count, kinerja perolehan suara pasangan calon capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Sumatera bisa dibilang buruk. Pasalnya perolehan suara Jokowi di sebagian besar provinsi yang ada di Sumatera turun dibanding pemilu sebelumnya (2014).
Penurunan perolehan suara paling dalam terjadi di Provinsi Aceh, yang pada tahun ini terindikasi hanya mampu meraup 17,12% suara dari total pemilih. Padahal tahun 2019 masih bisa mencapai 45,61%.
Hal serupa juga terjadi di Provinsi Kepulauan Riau, dimana pada tahun ini hanya mampu memperolah suara sebesar 43,18%. Turun dari perolehan tahun 2014 yang sebesar 59,63%.
Padahal sepanjang kepemimpinan Jokowi, megaproyek Tol Trans Sumatera yang dikebut pembangunannya.
Setidaknya ada tujuh ruas jalan Tol Trans Sumatera yang dikebut pembangunannya sepanjang Era Jokowi, yaitu:
Tak tanggung-tanggung, total biaya investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan proyek tersebut mencapai Rp 81,42 triliun.
Per hari Jumat, 5 April 2019, dua dari tujuh ruas tol tersebut sudah rampung dan beroperasi. Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sudah beroperasi penuh sejak Januari 2019. Sedangkan ruas Palembang-Indralaya jauh lebih dulu beroperasi, yaitu sejak September 2018.
Jokowi pernah berjanji bahwa Lampung-Aceh akan tersambung tol sepanjang 2.400 km pada tahun 2024 mendatang, di hadapan ribuan pengusaha, Kamis (21/3/2019). Namun apa daya, tampaknya sebagian besar penduduk Sumatera terindikasi tak menginginkan Jokowi sebagai presiden periode 2019-2024.
Kesejahteraan petani yang tak bertambah baik di era Jokowi bisa menjadi faktor yang mengakibatkan hal tersebut.
Melihat data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), upah riil buruh tani tidak bertambah besar dalam 4 tahun terakhir. Pada awal masa kepemimpinan Jokowi (Oktober 2014), upah riil buruh tani masih bisa mencapai Rp 38.955/hari.
Setelah itu, upah riil buruh tani terus berada dalam tren penurunan hingga mencapai titik terendahnya yang sebesar Rp 37.064/hari pada bulan Januari 2017. Meskipun berangsur-angsur membaik setelahnya, terakhir pada bulan Maret 2019 upar riil buruh tani hanya mencapai Rp 38.561/hari. Masih lebih rendah ketimbang awal masa Jokowi.
Sebagai catatan, upah riil buruh tani adalah perbandingan antara upah nominal dengan indeks konsumsi rumah tangga pedesaan. Selain itu upah riil juga lebih umum digunakan untuk menggambarkan daya beli pekerja.
Mengingat di Sumatera banyak sekali lahan-lahan sawit, maka tentu saja akan menyerap tenaga kerja buruh tani. Tercatat pada tahun 2017 luas lahan sawit di Indonesia mencapai 12,3 juta hektare, sedangkan 7,4 juta hektare diantaranya berada di Sumatera. Artinya, sekitar 60,1% lahan sawit di seluruh Indonesia berada di Sumatera.
Data tersebut tertuang di Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit 2015-2017 milik Kementerian Pertanian.
Apalagi harga minyak sawit sepanjang tahun 2018 amblas hingga 16%. Tentu saja sedikit banyak akan mempengaruhi kesejahteraan petani.
Namun memang, pembangunan infrastruktur akan memiliki dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi. Nikmatnya belum akan terasa dalam jangka waktu setahun-dua tahun setelah rampung. Begitu pula dengan adanya Tol Trans Sumatera. Akan tetapi melihat fakta di atas, pemerintah selayaknya mengambil langkah lain untuk memperbaiki nasib petani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Jokowi Keliling Sumetera Utara, Mau Apa Ya?
Penurunan perolehan suara paling dalam terjadi di Provinsi Aceh, yang pada tahun ini terindikasi hanya mampu meraup 17,12% suara dari total pemilih. Padahal tahun 2019 masih bisa mencapai 45,61%.
Padahal sepanjang kepemimpinan Jokowi, megaproyek Tol Trans Sumatera yang dikebut pembangunannya.
Setidaknya ada tujuh ruas jalan Tol Trans Sumatera yang dikebut pembangunannya sepanjang Era Jokowi, yaitu:
- Bakauheuni-Terbanggi Besar (140,7 km)
- Terbanggi Besar - Pematang Panggang- Kayu Agung (189,2 km)
- Kayu Agung-Palembang-Betung (111,69 km)
- Palembang-Indralaya (21,93 km)
- Pekanbaru-Kandis-Dumai (131,48 km)
- Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (61,7 km)
- Medan-Binjai (16,73 km)
Tak tanggung-tanggung, total biaya investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan proyek tersebut mencapai Rp 81,42 triliun.
Per hari Jumat, 5 April 2019, dua dari tujuh ruas tol tersebut sudah rampung dan beroperasi. Ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sudah beroperasi penuh sejak Januari 2019. Sedangkan ruas Palembang-Indralaya jauh lebih dulu beroperasi, yaitu sejak September 2018.
Jokowi pernah berjanji bahwa Lampung-Aceh akan tersambung tol sepanjang 2.400 km pada tahun 2024 mendatang, di hadapan ribuan pengusaha, Kamis (21/3/2019). Namun apa daya, tampaknya sebagian besar penduduk Sumatera terindikasi tak menginginkan Jokowi sebagai presiden periode 2019-2024.
Kesejahteraan petani yang tak bertambah baik di era Jokowi bisa menjadi faktor yang mengakibatkan hal tersebut.
Melihat data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), upah riil buruh tani tidak bertambah besar dalam 4 tahun terakhir. Pada awal masa kepemimpinan Jokowi (Oktober 2014), upah riil buruh tani masih bisa mencapai Rp 38.955/hari.
Setelah itu, upah riil buruh tani terus berada dalam tren penurunan hingga mencapai titik terendahnya yang sebesar Rp 37.064/hari pada bulan Januari 2017. Meskipun berangsur-angsur membaik setelahnya, terakhir pada bulan Maret 2019 upar riil buruh tani hanya mencapai Rp 38.561/hari. Masih lebih rendah ketimbang awal masa Jokowi.
Sebagai catatan, upah riil buruh tani adalah perbandingan antara upah nominal dengan indeks konsumsi rumah tangga pedesaan. Selain itu upah riil juga lebih umum digunakan untuk menggambarkan daya beli pekerja.
Mengingat di Sumatera banyak sekali lahan-lahan sawit, maka tentu saja akan menyerap tenaga kerja buruh tani. Tercatat pada tahun 2017 luas lahan sawit di Indonesia mencapai 12,3 juta hektare, sedangkan 7,4 juta hektare diantaranya berada di Sumatera. Artinya, sekitar 60,1% lahan sawit di seluruh Indonesia berada di Sumatera.
Data tersebut tertuang di Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit 2015-2017 milik Kementerian Pertanian.
Apalagi harga minyak sawit sepanjang tahun 2018 amblas hingga 16%. Tentu saja sedikit banyak akan mempengaruhi kesejahteraan petani.
Namun memang, pembangunan infrastruktur akan memiliki dampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi. Nikmatnya belum akan terasa dalam jangka waktu setahun-dua tahun setelah rampung. Begitu pula dengan adanya Tol Trans Sumatera. Akan tetapi melihat fakta di atas, pemerintah selayaknya mengambil langkah lain untuk memperbaiki nasib petani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Jokowi Keliling Sumetera Utara, Mau Apa Ya?
Most Popular