Data Tenaga Kerja AS Mengecewakan, Wall Street Terkoreksi

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 March 2019 07:37
Namun jika lemahnya penciptaan lapangan kerja berlanjut ke depannya, tingkat pengangguran di AS bisa melonjak.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat turun tajam pada perdagangan akhir pekan, Jumat (8/3/2019), menyusul rilis data tenaga kerja AS mengecewakan.

Data yang dirilis menyebutkan, penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian di AS pada periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Namun di sisi lain, pengangguran berhasil ditekan ke level 3,8%, dari yang sebelumnya 3,9%. Jika pelamahan penciptaan lapangan kerja berlanjut ke depannya, tingkat pengangguran di AS bisa melonjak.

Alhasil, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Indeks Dow Jones terkoreksi 0,09% atau 22,99 poin ke level 25.450,24 disusul dengan melemahnya indeks Nasdaq sebesar 0,18% atau 13,32 poin ke posisi 7.408,14. Adapun, indeks S&P tercatat melemah 0,21% atau 5,86 poin ke posisi 2.743,07.

Sebelumnya, pada pembukaan perdagangan Jumat (8/3/2019) kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 218 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 21 dan 72 poin. Pelaku pasar berbondong-bondong melepas saham di Negeri Paman Sam tersebut merespons rilis data tenaga kerja AS yang tidak sesuai ekspektasi pelaku pasar.

Sentimen lainnya juga bersumber dari perekonomian dunia sedang berada dalam siklus perlambatan. Ekspor China pada periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% secara tahunan, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.

Pada Kamis (7/3/2019), European Central Bank (ECB) memutuskan untuk memangkas habis target pertumbuhan ekonomi zona Euro untuk tahun ini menjadi 1,1%, dari yang sebelumnya 1,7%. Target pertumbuhan untuk tahun depan juga dipangkas menjadi 1,6%, dari yang sebelumnya 1,7%.

"Kehadiran dari ketidakpastian terkait dengan faktor-faktor geopolitik, ancaman dari proteksionisme, dan kerentanan di negara-negara berkembang nampak telah mempengaruhi sentimen ekonomi [di Zona Euro]," kata Gubernur ECB Mario Draghi dalam konferensi pers usai rapat, melansir CNBC International.
(hps) Next Article Bank Multinasional Boikot Hotel Milik Kerajaan Brunei

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular