Menteri Keuangan (Menkeu) meninjau proyek Moda Raya Terpadu (MRT) dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga Stasiun Lebak Bulus. (Dok.Kemenkeu)
Menempuh perjalanan selama 30 menit, Menkeu menilai MRT dapat memangkas waktu tempuh perjalanan secara signifikan sehingga dapat menekan efisiensi dalam menempuh perjalanan masyarakat kota Jakarta. Menkeu mengatakan, "Ini betul-betul akan mentransformasikan Indonesia khususnya Jakarta akan menjadi modern". (Dok.Kemenkeu)
Selisih waktu tempuh tersebut, menurut Menkeu, dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif seperti bekerja, mengembangkan potensi diri, dan berolah raga (work-life balance). (Dok.Kemenkeu)
Pembangunan MRT akan menyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti peningkatan tenaga kerja (baik selama pembangunan dan operasional MRT), pengembangan hunian terjangkau, serta pertumbuhan nilai properti dalam kawasan. (Dok.Kemenkeu)
Pendanaan Proyek MRT Fase I dan II berasal dari 49% Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (on-granting) dan 51% APBD Pemerintah Provinsi DKI (on-lending). Meskipun terlihat besar, jika dibandingkan dengan jumlah BBM yang harus dihabiskan dengan kendaraan pribadi. (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)
Menkeu menilai, pembangunan MRT dapat terealisasi karena menggunakan pendekatan ekonomi, yaitu dapat memangkas waktu tempuh perjalanan. Feasibility study yang sudah ada sejak tahun 1990 hanya fokus pada soal finansial khususnya untung-rugi, sehingga membuat proyek ini tidak dapat terealisasi selama 30 tahun. (Dok.Kemenkeu)