Sejumlah anggota tim penyelamat mencari korban usai bendungan tailing milik perusahaan tambang Brasil Vale SA jebol, di Brumadinho, Brasil, Senin (28/1/2018). Bendungan yang menampung sekitar 3 miliar galon limbah tambang bijih besi itu hancur hari Jumat. (REUTERS/Adriano Machado)
Jebolnya bendungan itu memuntahkan jutaan ton lumpur di seluruh fasilitas dan turun menuju tanah pertanian di samping kota terdekat Brumaldinho dan berdampak terhadap bendungan-bendungan lain di sekitarnya. (REUTERS/Washington Alves)
Laporan terakhir pada Senin menyebutkan sedikitnya 65 orang telah dikonfirmasi tewas dan lebih dari 300 orang yang hilang akibat runtuhnya bendungan limbah milik perusahaan tambang Brasil Vale SA tersebut. (REUTERS/Adriano Machado)
Limbah berlumpur dari bendungan milik perusahaan pertambangan Brasil tersebut mencemari sungai Paraopeba yang menjadi sumber penghidupan bagi suku asli seperti suku Pataxo Ha-ha-hae dan Nao Xoha. (REUTERS/Adriano Machado)
Akibat terjadinya insiden jebolnya bendungan milik perusahaan pertambangan Vale tersebut air sungai menjadi kotor dan ikan-ikan mati. (REUTERS/Adriano Machado)
Sebagian besar warga yang menyalahkan perusahaan tambang tersebut karena ini bukan kali pertama insiden tersebut terjadi. Pada 2015 peristiwa serupa pernah terjadi dan menewaskan 19 orang. (REUTERS/Adriano Machado)