Mantap! Petani Makin Sejahtera, Angka Kemiskinan Turun Lagi

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
15 January 2019 20:15
September 2017, jumlah penduduk dengan kategori miskin sudah berkurang sebanyak 908,4 ribu jiwa.
Foto: Kepala BPS Suhariyanto melaporkan perkembangan ekspor dan impor Desember 2018, perkembangan upah pekerja/buruh Desember 2018, profil kemiskinan di Indonesia September 2018, dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia September 2018. (CNBC Indonesia/Iswari Anggit)
Jakarta, CNBC IndonesiaBadan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini juga merilis profil kemiskinan periode September 2018.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2018 mencapai 25,67 juta orang, yang merupakan 9,66% dari total penduduk Indonesia. Dimana 60% diantaranya berada di pedesaan (15,54 juta jiwa), dan 40%berada di perkotaan (10,13 juta jiwa).

Ini berarti sejak September 2017, jumlah penduduk dengan kategori miskin sudah berkurang sebanyak 908,4 ribu jiwa.

Sejak 2003 hingga September 2018, tingkat kemiskinan memang mengalami pola penurunan. Anomali terjadi pada tahun 2006, September 2013, dan Maret 2015 dimana jumlah penduduk miskin tercatat meningkat. Menurut BPS, kenaikan tersebut disebabkan oleh kenaikan harga kebutuhan pokok akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak



Tercatat sepanjang September 2017-September 2018, penduduk miskin di pedesaan berkurang 770 ribu orang, sedangkan di perkotaan hanya berkurang 140 ribu orang.

Berkurangnya jumlah kemiskinan di Indonesia juga diikuti pergerakan garis kemiskinan.

Pada September 2018, Garis Kemiskinan (GK) tercatat berada di posisi Rp 410.670/kapita/bulan. Ini berarti meningkat 6,07% atau Rp 9.450 dari periode September 2017 yang berada di posisi Rp 401.220/kapita/bulan.

Garis kemiskinan utamanya disumbang oleh komoditas makanan, yaitu sebesar 76,47% di pedesaan dan 71,38% di perkotaan. Sedangkan komoditas bukan makanan hanya menyumbang 23,35% di pedesaan dan 28,62% di perkotaan.

Artinya, bila harga bahan makanan meningkat, akan berpotensi besar meningkatkan angka kemiskinan.

Menariknya, dalam kelompok komoditas makanan peringkat kedua yang memiliki kontribusi paling tinggi adalah Rokok Kretek Filter (10,39% di perkotan dan 10,06% di pedesaan).

Ini berarti, Rokok Kretek Filter seharusnya masuk ke dalam prioritas barang yang harus dijaga harganya oleh pemerintah, setelah Beras, demi menjaga tingkat kemiskinan nasional.

Sumber: Badan Pusat Statistik


Menurut BPS, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode Maret 2018-September 2018.

Pertama, nominal rata-rata upah buruh tani per hari pada September 2018 naik sebesar 2,07% dibanding Maret 2018. Terlebih lagi, secara riil upah butuh tani naik 1,6%. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator kesejarteraan petani juga naik 1,21% dari Maret 2018.

Kedua, selama periode Maret 2018-September 2018 inflasi umum terbilang cukup rendah, yaitu berada sebesar 0,94%.

Ketiga, secara nasional harga eceran beberapa komoditas pokok tercatat mengalami penurunan, dimana beras turun 3,28%, daging sapi turun 0,74%, minyak goring turun 0,92%, dan gula pasir turun 1,48%.

Keempat, pertumbuhan pengeluaran per kapita per bulan untuk penduduk yang berada di 40% lapisan bawah lebih besar daripada peningkatan garis kemiskinan.

Selain itu, BPS juga merilis data rasio gini Indonesia selama pada periode September 2018.

Rasio gini merupakan gambaran atas ketimpangan pengeluaran penduduk, dimana bila nilainya 0 sempurna maka berarti setiap penduduk memiliki tingkat pengeluaran yang sama.

Sedangkan Bila nilainya 1, maka artinya pengeluaran penduduk sangat timpang satu sama lain.

Dalam Laporannya BPS mencatat rasio gini sebesar 0,384. 

Jumlah tersebut menurun dari capaian Maret 2018 yang sebesar 0,007 dan lebih kecil dari September 2017 yang sebesar 0,391.



Berdasarkan daerah tempat tinggal, rasio gini di daerah perkotaan pada September 2018 tercatat sebesar 0,391, turun dibanding  Maret 2018 yang sebesar 0,401 dan September 2017 yang sebesar 0,404.

Sedangkan di daerah perdesaan pada September 2018 tercatat sebesar 0,319, turun dibanding Maret 2018 yang sebesar 0,324 dan September 2017 yang sebesar 0,320.

Foto: Sumber: Badan Pusat Statistik


Turunnya nilai rasio gini sejatinya adalah hal yang bagus. Sebab, bisa menjadi indikator jurang pemisah antara si kaya dan si miskin yang semakin mengecil.

Berdasarkan catatan yang ditulis BPS, menurunnya tingkat ketimpangan penduduk disebabkan karena adanya kenaikan ratarata pengeluaran perkapita per bulan penduduk kelompok 40 persen terbawah dan 40 persen menengah meningkat lebih cepat dibanding penduduk kelompok 20 persen teratas. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/dru) Next Article Angka Kemiskinan Turun, Masyarakat Makin Sejahtera?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular