Para demonstran membawa spanduk yang bertulisan "Macron keluar, hidup kami, bukan keuntungan kami" saat mereka berdemonstrasi di jalan selama hari protes nasional oleh gerakan "yellow vest (rompi kuning)" di Paris, Perancis, (8/12/2018). (REUTERS / Piroschka van de Wouw)
Protes dimulai tiga minggu lalu, awalnya dipicu oleh sistem pajak yang memberatkan yang tidak sepadan dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat namun saat ini telah meluas keisu-isu lain, termasuk reformasi pendidikan. (REUTERS/Benoit Tessier)
Pemerintah Prancis telah berkomitmen untuk melakukan segala upaya demi mengakhiri aksi unjuk rasa gerakan "rompi kuning" yang telah berlangsung tiga sepekan. (REUTERS/Stephane Mahe)
Aparat kepolisian memperkirakan saat ini ada 1500 orang pengunjuk rasa yang berkumpul di Paris. Mereka langsung terlibat bentrok dengan polisi di dekat toko perhiasan Cartier, tak jauh dari monumen Arc de Triomphe. (REUTERS/Benoit Tessier)
Mereka mengenakan rompi berwarna kuning terang yang biasa digunakan sebagai bagian dari prosedur keselamatan sopir-sopir Prancis. Hal itu dilakukan sebagai wujud kesetiakawanan terhadap kelas pekerja dan rakyat jelata. (REUTERS/Christian Hartmann)
Kepolisian Paris menangkap hampir 300 orang peserta demo gerakan Rompi Kuning di Paris, Perancis akhir pekan ini. Penangkapan dilakukan karena pemerintah Perancis khawatir aksi yang sudah digelar selama tiga pekan berturut-turut itu berubah menjadi kekerasan dan kriminal. (REUTERS/Stephane Mahe)
Aparat kepolisian yang diturunkan untuk mengamankan aksi tersebut mencapai delapan ribu petugas. Polisi memeriksa bawaan setiap orang yang tiba di stasiun kereta api dan lokasi pusat demo seperti Champs-Elysees dan monumen Bastille. (REUTERS/Piroschka van de Wouw)
Gerakan Rompi Kuning merupakan aksi protes sebagian masyarakat yang menuding Presiden Prancis Emmanuel Macron hanya melindungi orang kaya. Aksi ini digelar setiap Sabtu akhir pekan sejak pertengahan November lalu. (REUTERS/Stephane Mahe)