Seorang anak laki-laki berjalan di antara rumah panggung di Desa Hanuabada, yang terletak di Pelabuhan Port Moresby, Papua Nugini. Pemukiman ilegal ini terletak hanya lima menit berkendara dari tempat KTT APEC yang baru saja berakhir di ibukota Papua Nugini. (REUTERS/David Gray)
Jelang musim hujan, ribuan penduduk Wanigela di Port Moresby berkumpul bersama di rumah yang penuh sesak dan bobrok tanpa pasokan listrik dan air bersih yang tidak dapat diandalkan. (REUTERS/David Gray)
Di tengah harapan dan janji pertemuan APEC untuk menempatkan Papua Nugini di panggung dunia dan mengupayakan investasi, banyak yang mempertanyakan bagaimana suatu peristiwa internasional akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari mereka. (REUTERS/David Gray)
"Pemerintah mengatakan APEC akan meningkatkan kehidupan kami, tetapi saya tidak tahu, karena politik kita tidak dapat dipercaya," kata Bradley Kalau, 31, yang telah menganggur selama dua tahun. (REUTERS/David Gray)
Hampir setengah dari populasi Moresby yang berjumlah sekitar 310.000 tinggal di permukiman informal atau ilegal, menurut sebuah studi tahun 2015 oleh Fasilitas Infrastruktur Wilayah Pasifik. (REUTERS/David Gray)
Meskipun kaya sumber daya mineral, kayu, ikan, dan energi, sebagian besar masyarakat pedesaan hidup miskin dan PDB per kapita tahunan sekitar US$3.600 per tahun, menurut IMF. (REUTERS/David Gray)
Pada pertemuan tersebut, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Jepang mengumumkan rencana investasi US$1,7 miliar untuk memastikan sebagian besar Papua Nugini memiliki akses listrik pada tahun 2030. (REUTERS/David Gray)