
Winter is Coming dan Masa Depan Industri Properti China
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 October 2018 16:34

Hong Kong, CNBC Indonesia - Frasa 'Winter is Coming' belakangan sedang naik daun. Ini setelah Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan frasa itu saat memberikan pidato dalam IMF-WB Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.
Namun, di belahan dunia lain, 'Winter is Coming' mulai terasa di industri properti China. Biasanya, pengembang properti menantikan periode September dan Oktober. Sebutannya, 'Golden September' dan 'Silver October'.
Sebutan itu menggambarkan musim tertinggi penjualan rumah baru. Namun, tahun ini situasinya berbeda. Pasar properti China melambat meskipun banyak pengembang mempertahankan momentum penjualan dengan menawarkan berbagai promosi.
Semua ini tak lepas dari tantangan ekonomi China yang sedang menghadapi berbagai tantangan, termasuk dari perang dagang yang semakin intensif dengan Amerika Serikat. Efek lain berasal dari langkah pemerintah pusat untuk menekan easy credit.
Seperti dilansir Reuters, Senin (15/10/2018), harga rumah mengalami kenaikan pada Agustus 2018. Kondisi itu membuat peneliti properti CRIC menyarankan pembeli menahan diri untuk tidak membeli rumah baru.
Angka-angka yang ada menunjukkan penjualan berdasarkan luas lantai, yang sering digunakan sebagai indikator permintaan utama, turun 27% dalam liburan Golden Week China pada awal Oktober.
Angka September tampak lebih kuat, naik 10%, namun angka itu dibantu oleh lebih banyak apartemen yang dijual di kota-kota besar. Dibandingkan September dua tahun lalu, penjualan September 2018 turun 29%.
Kelemahan tersebut mencerminkan perlambatan di kota-kota China yang lebih kecil, akibat pertumbuhan harga yang cepat pada awal tahun ini. Sementara kota-kota papan atas mencatat penjualan yang solid, demikian data CRIC dari 31 kota.
"Ada tekanan ke bawah pada harga rumah terutama di kota-kota tingkat ketiga dan keempat," kata ekonom Nomura di China, Ting Lu. "Mereka sebelumnya telah meningkat pada kebijakan stimulus selama dua hingga tiga tahun dan sekarang mereka telah mencapai puncak," lanjutnya.
Bertahan hidup
Banyak pengembang menawarkan promosi untuk memikat pembeli, termasuk memberi mobil gratis dan uang muka hanya 10% dari harga pembelian. Pengembang lain memangkas harga sebesar 30%.
"Ke depan, karena para pengembang menghadapi tekanan modal yang cukup besar dan pasar properti yang panas dalam dua tahun terakhir telah melampaui permintaan di masa depan, maka pasar menghadapi tekanan yang relatif besar," kata analis CRIC, Xin Shen.
Di ibu kota Shanghai dan di provinsi Jiangxi Tenggara, ada potongan harga hingga 30% dari Country Garden Holding Co 2007. Hal itu jelas mengundang protes marah dari pemilik rumah yang sudah ada yang belum menerima tawaran seperti itu.
Country Garden mengatakan promosi selama musim ini adalah praktik normal dan diskon hanya menargetkan pelanggan setia. China Vanke juga menghadapi pengunjuk rasa di kota timur Xiamen setelah menawarkan diskon pada pembeli baru sekitar 30%.
Centaline, makelar utama properti di China, memotong tunjangan dan bonus untuk karyawan di Shanghai, menurut email internal yang dilihat minggu ini oleh Reuters dan dikonfirmasi oleh perusahaan. Tujuannya menghadapi musim dingin properti.
"Di masa lalu, volume transaksi rata-rata di pasar sekunder Shanghai adalah lebih dari 20.000 unit per bulan. Sekarang itu dibagi dua menjadi sekitar 12.000," kata Chairman Centaline China Sherman Lai kepada Reuters.
"Tahun lalu, kami berhasil menyerap permintaan spillover Shanghai di kota-kota sekelilingnya, tetapi tahun ini kota-kota kecil itu telah mengumumkan langkah pengetatan setelah adanya lonjakan harga. Jadi ada penurunan tajam baik di dalam maupun luar Shanghai."
Shermain Lain berharap pasar akan sama tahun depan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyesuaikan struktur skala dan biaya ke level yang bisa memungkinkan bertahan selama musim dingin. Ini mengingat musim semi yang masih sangat jauh.
(miq/miq) Next Article Dua Raksasa Properti China 'Ambruk', Gagal Bayar Rp 23 T
Namun, di belahan dunia lain, 'Winter is Coming' mulai terasa di industri properti China. Biasanya, pengembang properti menantikan periode September dan Oktober. Sebutannya, 'Golden September' dan 'Silver October'.
Sebutan itu menggambarkan musim tertinggi penjualan rumah baru. Namun, tahun ini situasinya berbeda. Pasar properti China melambat meskipun banyak pengembang mempertahankan momentum penjualan dengan menawarkan berbagai promosi.
Seperti dilansir Reuters, Senin (15/10/2018), harga rumah mengalami kenaikan pada Agustus 2018. Kondisi itu membuat peneliti properti CRIC menyarankan pembeli menahan diri untuk tidak membeli rumah baru.
Angka-angka yang ada menunjukkan penjualan berdasarkan luas lantai, yang sering digunakan sebagai indikator permintaan utama, turun 27% dalam liburan Golden Week China pada awal Oktober.
Angka September tampak lebih kuat, naik 10%, namun angka itu dibantu oleh lebih banyak apartemen yang dijual di kota-kota besar. Dibandingkan September dua tahun lalu, penjualan September 2018 turun 29%.
Kelemahan tersebut mencerminkan perlambatan di kota-kota China yang lebih kecil, akibat pertumbuhan harga yang cepat pada awal tahun ini. Sementara kota-kota papan atas mencatat penjualan yang solid, demikian data CRIC dari 31 kota.
"Ada tekanan ke bawah pada harga rumah terutama di kota-kota tingkat ketiga dan keempat," kata ekonom Nomura di China, Ting Lu. "Mereka sebelumnya telah meningkat pada kebijakan stimulus selama dua hingga tiga tahun dan sekarang mereka telah mencapai puncak," lanjutnya.
Bertahan hidup
Banyak pengembang menawarkan promosi untuk memikat pembeli, termasuk memberi mobil gratis dan uang muka hanya 10% dari harga pembelian. Pengembang lain memangkas harga sebesar 30%.
"Ke depan, karena para pengembang menghadapi tekanan modal yang cukup besar dan pasar properti yang panas dalam dua tahun terakhir telah melampaui permintaan di masa depan, maka pasar menghadapi tekanan yang relatif besar," kata analis CRIC, Xin Shen.
Di ibu kota Shanghai dan di provinsi Jiangxi Tenggara, ada potongan harga hingga 30% dari Country Garden Holding Co 2007. Hal itu jelas mengundang protes marah dari pemilik rumah yang sudah ada yang belum menerima tawaran seperti itu.
Country Garden mengatakan promosi selama musim ini adalah praktik normal dan diskon hanya menargetkan pelanggan setia. China Vanke juga menghadapi pengunjuk rasa di kota timur Xiamen setelah menawarkan diskon pada pembeli baru sekitar 30%.
Centaline, makelar utama properti di China, memotong tunjangan dan bonus untuk karyawan di Shanghai, menurut email internal yang dilihat minggu ini oleh Reuters dan dikonfirmasi oleh perusahaan. Tujuannya menghadapi musim dingin properti.
"Di masa lalu, volume transaksi rata-rata di pasar sekunder Shanghai adalah lebih dari 20.000 unit per bulan. Sekarang itu dibagi dua menjadi sekitar 12.000," kata Chairman Centaline China Sherman Lai kepada Reuters.
"Tahun lalu, kami berhasil menyerap permintaan spillover Shanghai di kota-kota sekelilingnya, tetapi tahun ini kota-kota kecil itu telah mengumumkan langkah pengetatan setelah adanya lonjakan harga. Jadi ada penurunan tajam baik di dalam maupun luar Shanghai."
Shermain Lain berharap pasar akan sama tahun depan. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyesuaikan struktur skala dan biaya ke level yang bisa memungkinkan bertahan selama musim dingin. Ini mengingat musim semi yang masih sangat jauh.
(miq/miq) Next Article Dua Raksasa Properti China 'Ambruk', Gagal Bayar Rp 23 T
Most Popular