Penjelasan Lengkap Jokowi soal Polemik Pidato Game of Thrones

Arys Aditya, CNBC Indonesia
15 October 2018 12:12
Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menganalogikan konstelasi ekonomi dan politik dunia dengan serial televisi Game of Thrones menjadi kontroversi.
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sambutan dalam Rapat Pleno Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). (CNBC Indonesia/Prima Wirayani)
Jakarta, CNBC Indonesia -- Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menganalogikan konstelasi ekonomi dan politik dunia dengan serial televisi Game of Thrones menjadi kontroversi.

Hal ini membuat Jokowi merasa perlu menjelaskan duduk perkara, kenapa ia menggunakan analogi tersebut. Penjelasan tersebut ia kemukakan dalam Sidang Senat Terbuka Universitas Kristen Indonesia, Senin (15/10/2018).


Berikut pidato lengkap Jokowi:

"Pada kesempatan ini saya ingin sedikit menjelaskan kembali menganai pidato saya pada pembukaan IMF di Bali 3 hari lalu. Karena ini banyak ramai. Sekali lagi, perhelatan ekonomi dan politik dunia saat ini diwarnai pertarungan antara kekuatan-kekuatan besar, antar negara-negara besar dan negara-negara elit. Perebutan kekuasaan antara kekuatan besar itu bagai roda besar berputar, seperti siklus kehidupan.

Satu negara elit tengah berjaya sementara negara lain mengalami kemunduran dan kehancuran. Tatkala kekuatan-kekuatan besar sibuk melawan satu sama lain mereka tidak sadar adanya ancaman yang lebih besar, misalnya perubahan iklim, terorisme global dan menurunnya ekonomi global.

Sebenarnya pesan moral utama yang ingin saya sampaikan pada saat itu adalah bahwa konfrontasi dan perselisihan akan mengakibatkan penderitaan. Bukan hanya yang kalah namun juga yang menang. Ketika kemenangan sudah dirayakan dan kekalahan diratapi baru keduanya sadar. Tapi sudah terlambat, sadarnya baru kebelakangan.

Bahwa kekalahan maupun kemenangan dalam perang selalu hasilnya sama yaitu dunia porak poranda. Tidak boleh melakukan kerusakan hanya untuk menghasilkan sebuah kemenangan tidak ada artinya kemenangan yang dirayakan di tengah kehancuran. Itulah pesan moral yang ingin saya sampaikan di saat annual meeting itu.

Pesan moral yang saya sampaikan tidak hanya relevan dalam pemimpin dunia saat ini api juga tepat kita sampaikan kepada masyarakat, pemimpin-pemimpin kita dalam negeri terutama elit yang memperjuangkan kepentingannya. Saat ini kita memasuki tahun politik, semuanya sudah tahu. Dan masyarakat kita akan ikut terlibat dalam proses demokrasi dan kontestasi politik.

Memang Kontestasi diikuti kompetisi dan rivalitas. Tapi kompetisi dan rivalitas itu dibangun di atas pondasi yang tdk saling menjatuhkan, kontestasi tidak boleh menimbulkan kegaduhan dan permusuhan, kebencian, kedengkian, tidak saling mencela, tidak harus saling memfitnah. Kontestasi tidak boleh menimbulkan kerusakan. Dan kontestasi tidak boleh mengorbankan fondasi kebangsaan kita. Pondasi sosial dan politik kita berupa stabiltas dan keamanan, toleransi dan persatuan.

Pondasi ekonomi kita berupa kepercayaan internasional serta kenyamanan dalam berusaha dan bekerja. Rakyat kita harus merayakan kontestasi ini dengan kegembiraan, ini sering saya sampaikan yang diwarnai oleh narasi sejuk, dan ide-ide kemajuan, gagasan untuk kemajuan, program-program untuk indonesia maju.

Dengan merayakan perbedaan pilihan dengan penuh kedewasaan, dengan penuh kematangan yang justru ini akan memperkokoh kebinekaan tunggal ika kita dan persatuan kita. Ini sebetulnya ingin kita raih dalam kontestasi politik.

Saya ingin menyadarkan pada Bapak Ibu saudara-saudara sekalian negara kita ini negara besar dengan banyak perbedaan. Beda suku, agama, suku, adat, bahasa, semuanya berbeda kita."
(ara/wed) Next Article Melihat Kondisi Dunia Terkini, Jokowi: Winter Is Coming

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular