Rupiah Perkasa, Jadi Terbaik Ketiga di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 September 2018 16:44
Rupiah Perkasa, Jadi Terbaik Ketiga di Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan ini. Rupiah yang sempat melemah mampu membalikkan kedudukan dan stabil menguat di hadapan greenback. 

Pada Jumat (14/9/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.800 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,24% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Rupiah mengawali hari dengan penguatan 0,37%. Selepas itu, apresiasi rupiah tergerus bahkan sampat habis dan menyentuh teritori depresiasi. 

Namun pelemahan rupiah tidak berlangsung lama. Sebelum tengah hari, rupiah sudah bisa membalikkan keadaan dengan penguatan tipis di hadapan dolar AS. Seiring perjalanan, penguatan rupiah semakin tegas sampai akhirnya ditutup dengan apresiasi 0,24%.  

Berikut perjalanan kurs dolar AS terhadap rupiah pada perdagangan hari ini: 

 

Rupiah tidak berjalan sendiri. Mata uang utama Asia lainnya pun mayoritas mampu digdaya di hadapan greenback. Hanya yuan China dan dolar Taiwan yang melemah, sementara sisanya bisa jumawa.

Rupee India menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia disusul oleh won Korea Selatan. Sedangkan rupiah duduk di peringkat ketiga.
 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 16:16 WIB: 



Rupiah cs mampu memanfaatkan tekanan yang dialami dolar AS. Pada pukul 16;21 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama) melemah 0,05%. Pelemahan ini menjalar pula sampai Benua Kuning.

Dari sisi eksternal, investor hanyut dalam kegembiraan karena AS-China sudah siap menggelar pertemuan membahas isu-isu perdagangan. "Ada diskusi dan informasi bahwa pemerintah China ingin mengadakan pembicaraan. Jadi, Menteri Keuangan Steven Mnuchin selaku pimpinan delegasi mengirimkan undangan," ungkap Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters.  

"China selalu berpandangan bahwa eskalasi konflik perdagangan tidak akan menguntungkan siapa pun. Bahkan, dalam pembicaraan awal bulan lalu di Washington, kedua negara telah membahas berbagai bentuk kontak," kata Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari Reuters. 

Aura damai dagang AS-China yang semakin nyata membuat investor tidak lagi bermain aman. Kini, pelaku pasar sudah berani mengoleksi aset-aset berisiko di negara berkembang karena ada kemungkinan salah satu risiko besar yaitu perang dagang AS-China bisa diselesaikan. Dolar AS selaku salah satu aset aman (safe haven) tertekan karena aksi jual. 

Selain itu, rupiah juga terbantu oleh penjagaan ketat yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Dody Budi Waluyo, Deputi Gubernur BI, menegaskan bahwa nilai rupiah saat ini masih belum sesuai dengan fundamentalnya sehingga bank sentral melakukan intervensi. 

"Kita kombinasi semua. Suku bunga, intervensi. Jadi kalau kita masih intervensi, maka artinya kita masih lihat nilai tukar masih belum stabil dan masih jauh dari fundamental," tegas Dody. 

'Gerilya' BI di pasar keuangan sepertinya efektif untuk membuat rupiah masuk jajaran mata uang dengan kinerja terbaik hari ini. Tanpa intervensi BI, mungkin rupiah masih bisa menguat tetapi sekedar menguat. Ditambah intervensi BI, rupiah berhasil menjadi mata uang dengan penguatan tertinggi ketiga di Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular