Rupiah Perkasa di Kurs Acuan, Terbaik Keempat Asia di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 August 2018 10:43
Rupiah Perkasa di Kurs Acuan, Terbaik Keempat Asia di Spot
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan masih menguat. Ini membuat rupiah menguat 2 hari beruntun di kurs acuan. 

Pada Kamis (9/8/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.422. Rupiah menguat 0,12% dibandingkan posisi kemarin.  

Di kurs acuan, rupiah sudah menguat 2 hari berturut-turut. Kemarin, rupiah pun menguat 0,32%. 

 

Sementara di pasar spot, rupiah pun menguat. Pada pukul 10:13 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.403 di mana rupiah menguat 0,19%. 

Pagi ini, rupiah dibuka menguat 0,03% di pasar spot. Tidak lama setelah pembukaan, penguatan rupiah habis dan berada di posisi Rp 14.430/US$, sama dengan penutupan perdagangan kemarin. 

Namun terpelesetnya rupiah ternyata tidak lama. Rupiah berhasil bangkit dan menekan dolar AS, bahkan greenback sempat berada di bawah Rp 14.400. 

Di Asia, dolar AS pun cenderung melemah. Mata uang Asia yang menguat paling tajam adalah yuan China. Disusul oleh baht Thailand, ringgit Malaysia, dan rupiah di posisi keempat. 

Berikut perkembangan mata uang utama Asia di hadapan dolar AS pada pukul 10:19 WIB: 



Dolar AS yang sempat perkasa kini loyo lagi. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama, melemah 0,02% pada pukul 10:22 WIB. 

Mata uang Negeri Paman Sam tertekan karena menguatnya berbagai mata uang utama. Yuan berhasil terapresiasi karena penetapan nilai tengah dari Bank Sentral China (PBoC).  

Hari ini, PBoC menetapkan nilai tengah yuan di CNY 6,8317/US$. Sedikit lebih kuat dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin yaitu CNY 6,8318/US$.  

Sementara mata uang yen Jepang menguat karena banyak diburu pasar. Ini tidak lepas dari status yen sebagai instrumen safe haven.

Kala sedang terjadi 'huru-hara', investor memang cenderung mengamankan dana di instrumen safe haven dan salah satunya adalah yen. 

Risiko besar saat ini adalah perang dagang yang memanas. China mengumumkan akan memberlakukan bea masuk baru sebesar 25% bagi importasi produk-produk AS senilai US$ 16 miliar. Beberapa produk yang akan terkena bea masuk tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), produk baja, kendaraan bermotor, dan peralatan kesehatan. Total ada 333 produk made in USA yang menjadi korban. 

Kementerian Perdagangan China menyebutkan bea masuk baru ini mulai berlaku efektif pada 23 Agustus. Pada hari yang sama, AS memang berencana mengenakan bea masuk 25% untuk importasi produk China sebesar US$ 16 miliar. 

Perang dagang adalah isu yang sangat besar dan bisa mempengaruhi mood pasar secara signifikan. Sebab, perang dagang sama saja mempertaruhkan kelancaran arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia. Kala perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di ujung tanduk, tidak heran investor dibuat kalang-kabut. 

Akibatnya, ada kemungkinan investor akan lebih bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko seperti saham, apalagi di negara berkembang. Pelaku pasar akan lebih memilih menempatkan dana di safe haven seperti mata uang yen Jepang, franc Swiss, atau emas. 

Pelemahan dolar AS berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh rupiah. Bila keperkasaan rupiah berlanjut, maka rupiah akan mencetak apresiasi selama 4 hari beruntun. Sebuah pemandangan yang langka. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular