Dolar AS Gagal Balas Dendam, Rupiah Menguat Tipis

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 August 2018 16:40
Dolar AS Gagal Balas Dendam, Rupiah Menguat Tipis
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil ditutup menguat tipis. Hari ini pergerakan rupiah kurang dinamis, melemah dan menguat hanya dalam rentang sempit. 

Pada Rabu (8/8/2018), US$ 1 kala penutupan pasar spot berada di Rp 14.430. Rupiah menguat tipis 0,03%. Ini berarti rupiah sudah menguat selama 3 hari perdagangan terakhir.

Kemarin, rupiah menguat 0,21% sementara pada awal pekan terapresiasi 0,21%.
 Untuk perdagangan hari ini, posisi terkuat rupiah ada di Rp 14.425/US$. Sedangkan terlemahnya di Rp 14.445/US$. Rupiah bergerak dalam rentang sempit ini. 

 

Di Asia, dolar AS bergerak variatif cenderung melemah. Penguatan tertajam dialami oleh yen Jepang, sementara depresiasi paling dalam dalami peso Filipina. 

Berikut perkembangan nilai tukar beberapa mata uang utama Asia terhadap dolar AS hingga pukul 16:19 WIB: 

 

Hingga jelang siang tadi, sebenarnya dolar AS cukup perkasa. Ditopang data pembukaan lapangan kerja, greenback melaju dan berhasil membalaskan dendamnya terhadap mata uang Benua Kuning. 

Namun ternyata keperkasaan dolar tidak bertahan lama. Obat kuat dari data ketenagakerjaan kurang mumpuni di hadapan data ekonomi teranyar dari China. 

Bank Sentral China (PBoC) mencatat cadangan devisa Negeri Panda sebesar US$ 3,12 triliun. Angka ini meningkat 0,19% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 3,11 triliun. Cadangan devisa yang meningkat menimbulkan persepsi daya tahan ekonomi China akan semakin kuat terhadap risiko eksternal.

Kemudian, China juga mencetak surplus perdagangan US$ 28,05 miliar. Surplus ini didorong oleh kenaikan ekspor sebesar 12,2% year-on-year (YoY). Angka dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 6,3% YoY. Walau impor tumbuh hingga 27,3% YoY, tetapi China tetap mampu mencetak surplus perdagangan.  

Oleh karena itu, pasar meyakini bahwa sejauh ini dampak perang dagang AS vs China belum terlalu signifikan. Di tengah memanasnya hubungan dengan Negeri Adidaya, China masih mampu membukukan kenaikan cadangan devisa dan surplus perdagangan. 

Situasi ini membuat investor kembali berani mengambil risiko, memasang mode risk-on. Arus modal yang awalnya mengarah ke AS lagi-lagi berbelok menyebrangi Samudera Atlantik dan masuk ke Benua Kuning.

Berkat arus modal masuk, bursa saham Asia menghijau. Hang Seng menguat 0,39%, Kospi naik 0,06%, KLCI (Malaysia) bertambah 0,76%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) surplus 0,06%. 

Tidak hanya di pasar saham, aliran modal pun menyasar pasar obligasi. Ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia. 

Untuk tenor 5 tahun, yield turun 2,7 basis poin (bps). Sementara tenor 10 tahun turun 2,6 bps, tenor 15 tahun turun 1,3 bps, dan tenor 20 tahun turun 1,2 bps. Penurunan yield menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. 

Dana-dana dari pasar saham dan obligasi itu mampu menjadi pijakan rupiah untuk menguat. Rupiah masih bisa memperpanjang nafas sebelum memasuki perdagangan esok hari, yang mungkin saja akan lebih menantang.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article "The Mighty" Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular