Perempuan etnis Kayan juga dikenal sebagai seorang wanita Long Neck sedang menjajakan souvenir di desa Kayan di provinsi utara Chiang Rai, Thailand. Perempuan di desa ini memiliki tradisi untuk mengenakan setumpuk cincin perunggu di leher mereka. (REUTERS / Soe Zeya Tun)
Agar terlihat cantik, wanita-wanita suku Kayan menggunakan cincin berbahan kuningan di lehernya. Semakin banyak cincin yang digunakan dan semakin panjang leher yang dimiliki, maka ia akan terlihat semakin cantik dan terlihat makin anggun serta terpandang. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Tradisi ini bagi masyarakat suku Kayan merupakan salah satu tradisi yang begitu sakral yang turun temurun dari nenek moyang dan tak bisa dilewatkan begitu saja. Tradisi memakai cincin leher ini telah dilakukan pada anak wanita yang masih berusia balita dan sangat belia. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Pada masa lalu daerah ini melarang para pelancong datang karena dianggap sebagai daerah etnik, namun sekarang tempat ini menjadi objek wisata yang menarik dan salah satu penghasilan mereka ialah menjual cenderamata untuk dijual kepada para wisatawan yang datang dari berbagai negara. (REUTERS/Soe Zeya Tun)
Walau cincin yang digunakan di leher tersebut cukup sakit serta berat, wanita-wanita suku Kayan tak pernah mempermasalahkan hal ini. Semakin sakit dan berat cincin yang terpasang di lehernya, itu menandakan bahwa mereka semakin cantik. REUTERS/Soe Zeya Tun
Perempuan Kayan akan dikenakan 10 cincin leher untuk dipakai mulai dari usia lima tahun. Mereka kemudian menambahkan yang baru setiap tahun hingga dewasa. (REUTERS/Soe Zeya Tun)