Christos Galanopoulos, 55, melemparkan logam yang meleleh dalam cetakan lonceng di pengecoran lonceng Galanopoulos di Paramythia, Yunani, (19/7/2018). Ini adalah pekerjaan yang Christos sukai dan ia tidak pernah berencana untuk meninggalkannya. (REUTERS / Alkis Konstantinidis)
Keheningan menyelimuti dataran Yunani oleh denting dari lonceng dan gemuruh tungku yang menyala-nyala. Di salah satu pembuatan lonceng Yunani yang tersisa di kota kecil, barat Paramythia, saudara-saudara Galanopoulos sibuk menuangkan logam cair merah panas ke dalam cetakan dengan berbagai ukuran. (REUTERS / Alkis Konstantinidis)
Ini adalah bisnis keluarga yang telah ada selama 215 tahun. Dahulu mereka dapat memproduksi 120 ton lonceng per tahun untuk menara di Yunani, Namun, saat ini hanya 50 ton dan pelanggan utama mereka adalah gereja di Balkan dan Afrika (REUTERS / Alkis Konstantinidis)
Pastor Theodoros Zois, yang membeli enam lonceng dari saudara-saudara Galanopoulos, berdoa di dalam gerejanya di Igoumenitsa, Yunani. (REUTERS / Alkis Konstantinidis)
Harga produksi yang mahal membuat pesanan akan lonceng berkurang. Pengurangan pekerja dari sembilan menjadi enam orang tak dapat dihindarkan. (REUTERS / Alkis Konstantinidis)
Christos Galanopoulos, 55, mengukir huruf-huruf di dalam cetakan lonceng. Proses pembuatan lonceng yang ia kerjakan dilakukan secara tradisional dan tidak berubah sejak abad ke-12. (REUTERS / Alkis Konstantinidis)
Christos, bajunya bersimbah keringat karena bekerja di atas tungku, ia bahkan menghabiskan lebih banyak waktu di sini daripada di rumah, bahkan Minggu. (REUTERS / Alkis Konstantinidis)
Usai mereka mengerjakannya, lonceng tersebut lalu di digantung dan dibersihkan dari pasir-pasir. Lonceng terbesar Galanopoulos, seberat 3,5 ton. Ada beberapa lonceng yang berasal dari abad ke-19, ditumpuk di halaman. (REUTERS/Alkis Konstantinidis)
Salah satu lonceng lonceng terakhir Yunani yang tersisa di kota kecil, barat Paramythia. Lonceng pertamanya dari 40 tahun yang lalu tergantung di sebuah gereja di kota. (REUTERS/Alkis Konstantinidis)