
Bank Dunia: Tak Mudah Bagi RI Turunkan Angka Kemiskinan Lagi
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
16 July 2018 18:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia (The World Bank) menilai dibutuhkan upaya esktra keras bagi pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Meskipun pada Maret 2018 angka kemiskinan sudah menembus level single digit.
Ekonom Bank Dunia Vivi Alatas mengungkapkan, bukan hal mudah bagi pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan, meski tak menutup kemungkinan target kemisinan hingga akhir 2019 sebesar 8% bisa tercapai.
"BIasanya kalau the last mile problem, itu butuh lompatan dan effort yang besar. Ini paling susah, dan setiap negara juga seperti ini," kata Vivi kepada CNBC Indonesia, Senin (16/7/2018).
"Pada saat kemiskinan di angka 20% atau 30%, menurunkan 5% itu mungkin mudah. Tapi the last mile problem ini, butuh lebih banyak kerja keras." sambung Vivi.
Menurutnya, masih ada beberapa hambatan yang bakal dilalui Indonesia dalam upaya menurunkan angka kemiskinan ke depan. Mulai dari persoalan konektivitas, sampai dengan masalah-masalah yang memang tidak diprediksi oleh regulator.
"Kita ini ada lebih dari 18.000 pulau. Kemudian, ada faktor shock seperti harga beras, financial shock, atau yang lain, atau bencana alam," katanya.
Belum lagi, masalah harga beras yang selama ini terbukti menjadi penyumbang kemiskinan terbesar. Vivi menilai, pengendalian inflasi menjadi sangat penting, terutama dalam menekan angka kemiskinan di Indonesia.
"Dengan angka pertumbuhan yang sama, dan sejumlah indikator lainnya, setiap kenaikan beras 10% itu bisa menambah orang miskin 1,2 juta," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat kemiskinan Indonesia pada Maret 2018 9,82%. Ini menjadi kali pertama sepanjang sejarah tingkat kemiskinan berada di angka single digit.
(dru) Next Article Darmin Ungkap Strategi Pemerintah Pangkas Angka Kemiskinan
Ekonom Bank Dunia Vivi Alatas mengungkapkan, bukan hal mudah bagi pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan, meski tak menutup kemungkinan target kemisinan hingga akhir 2019 sebesar 8% bisa tercapai.
"BIasanya kalau the last mile problem, itu butuh lompatan dan effort yang besar. Ini paling susah, dan setiap negara juga seperti ini," kata Vivi kepada CNBC Indonesia, Senin (16/7/2018).
Menurutnya, masih ada beberapa hambatan yang bakal dilalui Indonesia dalam upaya menurunkan angka kemiskinan ke depan. Mulai dari persoalan konektivitas, sampai dengan masalah-masalah yang memang tidak diprediksi oleh regulator.
"Kita ini ada lebih dari 18.000 pulau. Kemudian, ada faktor shock seperti harga beras, financial shock, atau yang lain, atau bencana alam," katanya.
Belum lagi, masalah harga beras yang selama ini terbukti menjadi penyumbang kemiskinan terbesar. Vivi menilai, pengendalian inflasi menjadi sangat penting, terutama dalam menekan angka kemiskinan di Indonesia.
"Dengan angka pertumbuhan yang sama, dan sejumlah indikator lainnya, setiap kenaikan beras 10% itu bisa menambah orang miskin 1,2 juta," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat kemiskinan Indonesia pada Maret 2018 9,82%. Ini menjadi kali pertama sepanjang sejarah tingkat kemiskinan berada di angka single digit.
(dru) Next Article Darmin Ungkap Strategi Pemerintah Pangkas Angka Kemiskinan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular