Arab Saudi Kucurkan US$ 10 Miliar untuk Afrika Selatan

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
14 July 2018 14:50
Arab Saudi berencana menggelontorkan investasi US$ 10 miliar untuk menangani permasalahan sektor energi di Afrika Selatan.
Foto: Istimewa/Warta PLN/pln.co.id
Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi berencana menggelontorkan investasi US$ 10 miliar untuk menangani permasalahan sektor energi di Afrika Selatan.

Kesepakatan ini dibuat ketika Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa berkunjung ke Arab Saudi minggu ini, ketika dia bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Berdasarkan berita yang dilansir dari CNBC International, Sabtu (14/7/2018) sebagian besar investasi akan digunakan untuk sektor energi Afrika Selatan. "Termasuk kilang minyak, petrokimia dan energi terbarukan," ujar Juru Bicara Pemerintah Afrika Selatan, Khusela Diko.

Kesepakatan tersebut juga mendorong terpenuhinya misi Ramaphosa yang akan membawa US$ 100 miliar investasi asing ke dalam negeri. Pasalnya, meski Afrika Selatan merupakan negara yang paling maju di Afrika Selatan, namun pertumbuhannya mengalami perlambatan dalam beberapa tahun terakhir karena jatuhnya harga komoditas dan korupsi pemerintah yang mendarah daging.

Ramaphosa juga harus populer di tengah pemilih Afrika Selatan dan terus menggaungkan "Ramaphoria", momentum positif yang membuat pasar saham Johannesburg melonjak setelah dia mengambil alih kekuasaan, menyusul kepergian mantan presiden skandal Yakub Zuma pada bulan Februari tahun ini.

Fundamental ekonomi Afrika Selatan pun tidak terlihat menjanjikan dalam beberapa bulan terakhir. Statistik Afrika Selatan menunjukkan, produk domestik bruto negara itu menyusut 2,2% kuartal ke kuartal dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Pemadaman listrik pun merajalela di negeri ini akibat dari perusahaan milik negara, Eskom yang haus akan investasi. Menurut Kepala Riset Verisk Maplecroft Ben Payton, 12 dari 15 tambang batu bara di Afrika Selatan akan dinonaktifkan dalam 20 tahun ke depan. "(Ini berarti) tidak dalam posisi membiayai fasilitas baru," ujar dia.

Namun demikian, investasi dan reformasi masih sangat jauh."Proyek di sektor energi hampir selalu tertunda karena oposisi dari LSM (organisasi non-pemerintah) atau serikat pekerja," kata Payton.

"Agen pemerintah Afrika Selatan sering menjadi mitra yang tidak dapat diandalkan," tambahnya.


Sementara itu, Putra Mahkota Arab Saudi putra yang telah mendiversifikasi ketergantungan ekonomi kerajaan pada minyak sebagai landasan kepemimpinannya, melihat kesepakatan dengan Afrika Selatan sebagai langkah strategis.

Analis Timur Tengah dan Afrika Utara Verisk Maplecroft Torbjorn Soltvedt mengatakan, visi Putra Mahkota Mohammed untuk Arab Saudi adalah mengandalkan pada kebijakan luar negeri dan lebih aktif di panggung dunia.

"Riyadh menyambut baik kesempatan untuk meningkatkan sahamnya di negara Afrika yang paling canggih," terang dia.




(dru) Next Article Takbir, Arab Saudi Umumkan Ibadah Haji 2021 Boleh Digelar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular