Piala Dunia 2018

Meski Langkah Terhenti, Piala Dunia Mempersatukan Belgia

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
12 July 2018 19:54
Meski kecewa, sebagian besar dari 11 juta warga negara senang karena Belgia bermain dengan apik dan mengalahkan Brazil pekan lalu.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Brussels, CNBC Indonesia - Impian Belgia di Piala Dunia sudah kandas, tapi kekalahan yang menyakitkan dari Prancis di semifinal Piala Dunia Rusia meninggalkan secercah cahaya yang mungkin akan membantu negara tersebut, yang sempat terpecah-belah menjadi bersatu kembali.

"Perhelatan semacam ini mempersatukan orang-orang berbahasa Belanda dan Prancis," kata seorang siswa bernama Alpha Omba setelah menonton tim negaranya, yang dikenal dengan sebutan Red Devils, yang mengalami kekalahan 1-0 pada hari Selasa (10/7/2018) malam di sebuah acara nonton bareng di Brussels. "Itu sangat membantu," katanya seperti dilansir dari Reuters.

Meski kecewa, sebagian besar dari 11 juta warga negara senang karena Belgia bermain dengan apik dan mengalahkan Brazil pekan lalu. Sejumlah orang percaya kebanggaan baru tim tersebut, yang sering kali disebut sebagai salah satu dari beberapa institusi nasional Belgia yang tersisa setelah raja, bisa memberi lebih banyak rasa kebersamaan.

Beberapa orang berharap sepakbola bisa segera mengubah politik, tetapi perenungan masa depan itu khususnya ditujukan pada hari Rabu (11/7/2018) seraya sebagian negara yang berbahasa Belanda merayakan hari libur "nasional"nya sendiri untuk merayakan kemenangan ke-14 abad atas Prancis.

Perdana Menteri Flanders bernama Geert Bourgeois mengusulkan harga diri Flemish dan Belgia bisa berdampingan: "Itu DNA kita dan memberi Flanders keistimewaannya sendiri," katanya.

Partai N-VA, yang juga terbesar di parlemen federal, menginginkan kemerdekaan akhir dari negara Wallonia yang berbahasa Prancis. Namun, mereka khawatir memperkeruh suasana ketika kebanggaan akan "Belgitude" meningkat.

Pemimpin partai Bart De Wever melakukannya dengan mengibarkan bendera Flemish dari jendelanya di hari Belgia bermain melawan Brazil.

Bahkan di media Flemish, satu kartun menunjukkan De Wever berserapak mengatakan "Saya benci sepakbola!" ketika Perdana Menteri Charles Michel yang berbahasa Prancis merayakan kemenangan 2-1 atas Brazil.

Zuhal Demir, seorang menteri N-VA di pemerintahan Michel, berkata ke koran De Standaard bahwa pesaing partainya menggunakan kesuksesan multi-bahasa dan keragaman tim nasional untuk menyerang separatis.

"Sepakbola tidak ada hubungannya dengan politik," katanya. "Sepakbola adalah perayaan, bar-bar penuh, semua orang bahagia dan Anda bisa menemukan saya di depan layar lebar juga."

"Lebih menyenangkan" jadi Belgia

Jurnalis olahraga Flemish Anouk Torbyns memiliki pandangan lain tentang bagaimana Red Devils dengan motto berbahasa Inggris "We Are Belgium" menantang stereotip:

"Orang Flemish selalu menggerutu tentang segala hal," tulisnya. "Orang Belgia bangga dan senang berpesta. Lebih menyenangkan jadi Belgia daripada Flemish."

Sementara bagi Jean-Michel de Waele, seorang ilmuwan politik di Free University of Brusselss, kesuksesan sepakbola bisa menjadi penyemangat identitas nasional yang rapuh.

"Itu adalah alasan luar biasa untuk berpesta dan berteriak tentang 'kita' yang biasanya kekurangan," katanya ke TV5.

"Dalam jangka pendek, itu tidak akan mempengaruhi situasi politik negara," katanya. "Dalam jangka menengah dan panjang, mungkin."

"Saya tidak berpendapat kesuksesan Red Devils akan menyelamatkan Belgia," tambah De Waele. Namun, dia percaya generasi muda, khususnya yang berbahasa Belanda, membangun ikatan yang lebih kuat ke gagasan nasional yang lebih luas.

"Mereka adalah generasi pertama sejak Perang Dunia Kedua yang berpesta atas nama Belgia."

Red Devils mencuri hati para penggemar di seluruh dunia dengan gaya mereka yang elegan. Mereka juga mencerminkan Belgia yang menjadi rumah tak hanya untuk Flemings dan Walloons, tapi juga imigran Afrika Barat dan Utara yang memiliki bagian lebih sedikit di persaingan komunitarian lama itu.

"Ini adalah wajah baru Belgia," tulis Jan Segers di media berbahasa Belanda Het Laatste Nieuws. "Sebuah negara dengan wajah sebuah grup pria-pria berbakat, disiplin, kreatif, riang, berpikiran terbuka dan ambisius. Apakah Anda tidak ingin hidup di situ?"
(hps/hps) Next Article Lawan Belgia, Wakil Dubes Inggris: Nikmati Permainan Saja

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular