Teknologi VAR kali pertama digunakan di Piala Dunia 2018 dalam pertandingan Prancis vs Australia. Saat itu, Antoine Griezmann, penyerang Prancis, dijatuhkan oleh bek Australia Josh Risdon di kotak terlarang. (Reuters/John Sibley)
Teknologi ini membantu wasit menganalisis sebuah pelanggaran di lapangan dari video-video yang dipasang di lapangan selama pertandingan. (Reuters/Lucy Nicholson)
Saat wasit ragu terhadap sebuah pelanggaran, offside, bola sudah melewati garis, dan sebagainya, wasit akan menghentikan pertandingan sejenak untuk melihat VAR. (Reuters/Mariana Bazo)
Kehadiran VAR membawa pro dan kontra. Suara pendukungnya adalah kini sepakbola bisa lebih adil karena tidak ada lagi peristiwa-peristiwa 'gaib' yang merugikan salah satu tim. (Reuters/Dylan Martinez)
Pendukung VAR berpendapat kini sepakbola bisa lebih adil karena tidak ada lagi peristiwa-peristiwa yang merugikan salah satu tim. (Reuters/Sergei Karpukhin)
Namun ada pula suara yang menentang. VAR dinilai mencabut sisi kemanusiaan dari sepakbola. Teknologi membuat sepakbola menjadi terlalu kaku, terlalu rigid, terlalu baku, terlalu textbook. (Reuters/Carlos Barria)
VAR terkadang membuat pertandingan menjadi molor. Di Italia, VAR sudah digunakan sebanyak 1.736 kali dan menghasilkan 105 keputusan. Kadang pertandingan bisa berjalan lebih dari 100 menit karena VAR. (Reuters/Kai Pfaffenbach)
Permainan yang sudah panas bisa mendingin lagi saat wasit memutuskan break untuk melihat VAR. Laga yang sudah berjalan seru pun bisa melambat. Kesenangan menjadi berkurang. (Reuters/Mariana Bazo)