Dolar AS Tembus Rp 14.150, Ini Kata Pengusaha
Exist In Exist, CNBC Indonesia
18 May 2018 19:41
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah hingga menembus Rp 14.150/US$ pada penutupan perdagangan sore hari ini.
Wakil Ketua Umum Kadin bidang hubungan internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan dampak dari pelemahan ini akan lebih dirasakan oleh importir dan pengusaha kelas menengah.
"Importir tentu yang paling terkena, jadi kalau banyak yang utang dengan mata uang dolar tentu saja akan mengkhawatirkan apalagi incomenya sebagian besar dalam rupiah. Kemudian dari jenis usaha, kalau perusahaan besar kan pasti ada hedging yang dilakukan, tapi kalau perusahaan menengah ini kan tidak ada kesempatan untuk hedging," jelasnya di Hotel Shangri La, Jumat (18/05/2018).
Meskipun demikian, lanjutnya, pelemahan rupiah pada level ini masih belum mengkhawatirkan. Pemerintah menurutnya harus bisa mengantisipasi dan mengendalikan agar pelemahan ini tidak berlanjut secara permanen.
"Yang sekarang kita lihat ini asal dia jangan jumping, ok kalo sekarang rupiah Rp 14.000, paling tidak enam bulan kedepan ini sesuatu yang masih bisa kita kendalikan, tapi kalau sampai Rp 15.000 ini kan harus berhati-hati. Kalau sekarang kita berharap ini masih temporer," paparnya.
Saat ini, lanjutnya, langkah Bank Indonesia untuk menaikan suku bunga acuan dinilai sudah tepat. Namun, Shinta berharap pemerintah juga memberikan kebijakan yang dapat membantu pengusaha, seperti meringankan pajak.
"Ini mungkin insentif yang dibutuhkan dalam keadaan special case, apakah ada misalnya pajak barang, apakah bisa ada adjustment untuk periode tertentu, seperti Malaysia. Kado bagaimana kita membantu untuk menurunkan cost, agar jangan sampai mereka tutup usaha karena harus membayar pinjaman ke pihak ketiga," jelasnya.
(ray/ray) Next Article Rupiah Merosot, Kadin: Harga Barang-barang Pasti Naik!
Wakil Ketua Umum Kadin bidang hubungan internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan dampak dari pelemahan ini akan lebih dirasakan oleh importir dan pengusaha kelas menengah.
"Importir tentu yang paling terkena, jadi kalau banyak yang utang dengan mata uang dolar tentu saja akan mengkhawatirkan apalagi incomenya sebagian besar dalam rupiah. Kemudian dari jenis usaha, kalau perusahaan besar kan pasti ada hedging yang dilakukan, tapi kalau perusahaan menengah ini kan tidak ada kesempatan untuk hedging," jelasnya di Hotel Shangri La, Jumat (18/05/2018).
"Yang sekarang kita lihat ini asal dia jangan jumping, ok kalo sekarang rupiah Rp 14.000, paling tidak enam bulan kedepan ini sesuatu yang masih bisa kita kendalikan, tapi kalau sampai Rp 15.000 ini kan harus berhati-hati. Kalau sekarang kita berharap ini masih temporer," paparnya.
Saat ini, lanjutnya, langkah Bank Indonesia untuk menaikan suku bunga acuan dinilai sudah tepat. Namun, Shinta berharap pemerintah juga memberikan kebijakan yang dapat membantu pengusaha, seperti meringankan pajak.
"Ini mungkin insentif yang dibutuhkan dalam keadaan special case, apakah ada misalnya pajak barang, apakah bisa ada adjustment untuk periode tertentu, seperti Malaysia. Kado bagaimana kita membantu untuk menurunkan cost, agar jangan sampai mereka tutup usaha karena harus membayar pinjaman ke pihak ketiga," jelasnya.
(ray/ray) Next Article Rupiah Merosot, Kadin: Harga Barang-barang Pasti Naik!
Most Popular