Cerita SBY Saat Jadi Presiden dan Harus Naikkan Harga BBM
Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
11 April 2018 19:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bercerita di depan ratusan karyawan PT Sido Muncul, di Kabupaten Semarang, Rabu (11/4/2018) tentang harga BBM. Menurut SBY, cerita ini belum pernah sekalipun ia ungkap kepada publik.
"Kisah belum pernah saya ungkap, belum pernah ditulis untuk dijadikan buku. Cerita ini tentang saat saya baru-baru menjabat sebagai Presiden," kata SBY menjawab pertanyaan karyawan tentang kenangannya menjadi pemimpin bangsa, Rabu (11/4/2018).
Menurut SBY, pada masa transisi dari pemerintahan sebelumnya, kondisi ekonomi bangsa sedang labil. Penyebab utama adalah melonjaknya harga minyak dunia hingga mencapai US$ 150 per barel. Lebih dari dua kali lipat dari harga saat ini.
"Sebagaimana kita tahu, menjelang akhir masa jabatannya, Ibu Megawati tak mau menaikkan harga BBM. Saya tidak bisa menyalahkannya. Itu hak beliau, saya menghormati keputusan itu," jelas SBY.
Dengan begitu, SBY menambahkan pemerintahannya memiliki dua pilihan, dan keduanya sama-sama berat. Pilihan pertama, tidak menaikkan harga BBM dengan resiko ekonomi negara bisa ambruk.
"Namun, jika saya menaikkan, sekitar 20%, untuk menyesuaikan harga pasar dengan keuangan negara, kemiskinan pasti akan naik. Rakyat akan menjerit, karena otomatis harga-harga kebutuhan pokok juga bakal ikut mahal," terang SBY.
Akhirnya, SBY memilih opsi kedua, menaikkan harga tetapi dengan mengucurkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat golongan ekonomi bawah. Dua kali SBY menaikkan harga BBM, yakni pada April dan Oktober 2005.
"Awalnya saya bertanya kepada para menteri, apakah dana bantuan sudah disiapkan? Semua penerima sudah terdata? Karena saya ingin bantuan ini tepat sasaran, by name by address. Karena belum siap, kebijakan itu saya tunda tiga minggu," kenang SBY.
Hal tersebut ternyata memancing kritikan dari publik. SBY mengaku banyak yang mengatakan ia ragu-ragu, tidak bersikap tegas, lamban, karena tidak segera menaikkan harga BBM.
"Tapi setelah semua siap, harga disesuaikan, bantuan dikucurkan, saya dikritik lagi. Dibilang SBY tidak mendidik rakyat, memanjakan dengan memberi uang," jelasnya.
Padahal, kata dia, itu semua untuk membantu rakyat kecil yang sedang terdampak kenaikan harga. Supaya daya beli mereka tetap terjaga.
"Itu terbukti. Kita berhasil melewati krisis, bahkan ekonomi kita melejit dengan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Pada 2008, Indonesia juga berhasil masuk ke dalam G20, kelompok negara dengan perekonomian besar di dunia," papar SBY.
(dru) Next Article Yuk, Intip Pundi-pundi Utang Pemerintahan SBY & Jokowi
"Kisah belum pernah saya ungkap, belum pernah ditulis untuk dijadikan buku. Cerita ini tentang saat saya baru-baru menjabat sebagai Presiden," kata SBY menjawab pertanyaan karyawan tentang kenangannya menjadi pemimpin bangsa, Rabu (11/4/2018).
Menurut SBY, pada masa transisi dari pemerintahan sebelumnya, kondisi ekonomi bangsa sedang labil. Penyebab utama adalah melonjaknya harga minyak dunia hingga mencapai US$ 150 per barel. Lebih dari dua kali lipat dari harga saat ini.
![]() |
"Sebagaimana kita tahu, menjelang akhir masa jabatannya, Ibu Megawati tak mau menaikkan harga BBM. Saya tidak bisa menyalahkannya. Itu hak beliau, saya menghormati keputusan itu," jelas SBY.
Dengan begitu, SBY menambahkan pemerintahannya memiliki dua pilihan, dan keduanya sama-sama berat. Pilihan pertama, tidak menaikkan harga BBM dengan resiko ekonomi negara bisa ambruk.
"Namun, jika saya menaikkan, sekitar 20%, untuk menyesuaikan harga pasar dengan keuangan negara, kemiskinan pasti akan naik. Rakyat akan menjerit, karena otomatis harga-harga kebutuhan pokok juga bakal ikut mahal," terang SBY.
![]() |
Akhirnya, SBY memilih opsi kedua, menaikkan harga tetapi dengan mengucurkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat golongan ekonomi bawah. Dua kali SBY menaikkan harga BBM, yakni pada April dan Oktober 2005.
"Awalnya saya bertanya kepada para menteri, apakah dana bantuan sudah disiapkan? Semua penerima sudah terdata? Karena saya ingin bantuan ini tepat sasaran, by name by address. Karena belum siap, kebijakan itu saya tunda tiga minggu," kenang SBY.
Hal tersebut ternyata memancing kritikan dari publik. SBY mengaku banyak yang mengatakan ia ragu-ragu, tidak bersikap tegas, lamban, karena tidak segera menaikkan harga BBM.
"Tapi setelah semua siap, harga disesuaikan, bantuan dikucurkan, saya dikritik lagi. Dibilang SBY tidak mendidik rakyat, memanjakan dengan memberi uang," jelasnya.
Padahal, kata dia, itu semua untuk membantu rakyat kecil yang sedang terdampak kenaikan harga. Supaya daya beli mereka tetap terjaga.
"Itu terbukti. Kita berhasil melewati krisis, bahkan ekonomi kita melejit dengan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Pada 2008, Indonesia juga berhasil masuk ke dalam G20, kelompok negara dengan perekonomian besar di dunia," papar SBY.
(dru) Next Article Yuk, Intip Pundi-pundi Utang Pemerintahan SBY & Jokowi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular