
Prabowo Sebut Aset Dikuasai 1% Penduduk, Benarkah?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 March 2018 08:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, menyebut ada kajian di luar negeri bahwa Indonesia diramalkan bubar pada 2030. Salah satu hal yang disebut Prabowo adalah distribusi kekayaan yang timpang, di mana segelintir orang menguasai sumber daya besar.
Dalam pidato yang diunggah di akun Facebook Partai Gerindra, Prabowo menyebut bahwa di luar negeri sudah ada berbagai kajian yang meramalkan Indonesia akan bubar pada 2030. Tidak hanya itu, Prabowo juga menyebut ketimpangan masih tinggi dan merusak negara.
"Bahwa hampir seluruh aset dikuasai 1%, nggak apa-apa. Bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil ke luar negeri tidak tinggal di Indonesia, tidak apa-apa. Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara sekalian!" tegas Prabowo dalam pidato tersebut.
Memang masih belum jelas kajian mana yang dijadikan acuan oleh Prabowo. Namun bila Prabowo menyebut ketimpangan distribusi, maka tidak sepenuhnya salah.
Misalnya melihat data distribusi simpanan nasabah perbankan. Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebutkan per Januari 2018 terdapat 246.293.377 rekening di perbankan nasional. Total dana nasabah di perbankan mencapai Rp 5.314,32 triliun.
Rincian dari data tersebut menggambarkan ketimpangan. Nasabah dengan simpanan lebih dari Rp 5 miliar, yang sering disebut sebagai nasabah kakap, hanya tersebar di 91.155 rekening tetapi punya tabungan Rp 2.509,51 triliun.
Artinya, simpanan mereka mencakup hampir 47% dari total simpanan di perbankan. Padahal secara persentase, jumlah rekening mereka tidak sampai 1% dari total jumlah rekening di perbankan nasional.
LPS
Para nasabah kakap ini punya daya tawar tinggi di hadapan bank karena mereka punya uang. Mereka bisa menawar suku bunga yang diberikan atas dana mereka, bisa lebih tinggi dari bunga penjaminan LPS yang saat ini sebesar 5,75% untuk simpanan rupiah di bank umum, 0,75% untuk simpanan valas di bank umum, dan 8,25% untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Pola seperti ini menjadi salah satu penyebab suku bunga kredit perbankan sulit turun. Ketika suku bunga deposito masih tinggi, maka suku bunga kredit sulit turun karena biaya dana bank masih tinggi.
Ketika suku bunga kredit tinggi, maka dunia usaha sulit melakukan ekspansi. Akibatnya penciptaan lapangan kerja minim sehingga pengangguran dan kemiskinan pun sulit diturunkan.
Jadi, kalau Prabowo menyebut ada kajian Indonesia bakal bubar 2030 memang masih bisa diperdebatkan. Namun soal ketimpangan, Prabowo ada benarnya...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Tren Penurunan Suku Bunga Deposito Sudah Selesai
Dalam pidato yang diunggah di akun Facebook Partai Gerindra, Prabowo menyebut bahwa di luar negeri sudah ada berbagai kajian yang meramalkan Indonesia akan bubar pada 2030. Tidak hanya itu, Prabowo juga menyebut ketimpangan masih tinggi dan merusak negara.
"Bahwa hampir seluruh aset dikuasai 1%, nggak apa-apa. Bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil ke luar negeri tidak tinggal di Indonesia, tidak apa-apa. Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara sekalian!" tegas Prabowo dalam pidato tersebut.
Misalnya melihat data distribusi simpanan nasabah perbankan. Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebutkan per Januari 2018 terdapat 246.293.377 rekening di perbankan nasional. Total dana nasabah di perbankan mencapai Rp 5.314,32 triliun.
Rincian dari data tersebut menggambarkan ketimpangan. Nasabah dengan simpanan lebih dari Rp 5 miliar, yang sering disebut sebagai nasabah kakap, hanya tersebar di 91.155 rekening tetapi punya tabungan Rp 2.509,51 triliun.
Artinya, simpanan mereka mencakup hampir 47% dari total simpanan di perbankan. Padahal secara persentase, jumlah rekening mereka tidak sampai 1% dari total jumlah rekening di perbankan nasional.
Nominal | Jumlah Rekening | Nilai (Rp Miliar) |
Rp 0 -100 juta | 241.621.999 | 750.483 |
Rp 100 - 200 juta | 2.142.891 | 300.887 |
Rp 200 - 500 juta | 1.442.381 | 465.208 |
Rp 500 juta - 1 miliar | 572.597 | 418.732 |
Rp 1 - 2 miliar | 262.108 | 373.742 |
Rp 2 - 5 miliar | 160.246 | 500.088 |
> Rp 5 miliar | 91.155 | 2.505.180 |
Total | 246.293.377 | 5.314.320 |
Para nasabah kakap ini punya daya tawar tinggi di hadapan bank karena mereka punya uang. Mereka bisa menawar suku bunga yang diberikan atas dana mereka, bisa lebih tinggi dari bunga penjaminan LPS yang saat ini sebesar 5,75% untuk simpanan rupiah di bank umum, 0,75% untuk simpanan valas di bank umum, dan 8,25% untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Pola seperti ini menjadi salah satu penyebab suku bunga kredit perbankan sulit turun. Ketika suku bunga deposito masih tinggi, maka suku bunga kredit sulit turun karena biaya dana bank masih tinggi.
Ketika suku bunga kredit tinggi, maka dunia usaha sulit melakukan ekspansi. Akibatnya penciptaan lapangan kerja minim sehingga pengangguran dan kemiskinan pun sulit diturunkan.
Jadi, kalau Prabowo menyebut ada kajian Indonesia bakal bubar 2030 memang masih bisa diperdebatkan. Namun soal ketimpangan, Prabowo ada benarnya...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Tren Penurunan Suku Bunga Deposito Sudah Selesai
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular