
Internasional
Dow Jones Merosot 665,75 Poin, Terparah Sejak Juni 2016
Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
03 February 2018 09:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham Amerika Serikat turun tajam pada Jumat (02/02/2018) waktu setempat setelah pertumbuhan tenaga kerja melebihi ekspektasi.
Melansir CNBC International, Dow Jones Industrial Average merosot 665,75 poin atau 2,54% menjadi 25.520,96. Ini sekaligus pertama kalinya Dow jatuh di atas 500 poin sejak Juni 2016.
Kemudian, S&P 500 melemah 2,1% atau 59,85 poin sehingga ditutup pada level 2.762,13 dan Nasdaq Composite turun 144,92 poin atau 1,96% menjadi 7.240,95.
Melemahnya S&P 500 menyusul kinerja buruk saham-saham di sektor energi. Sementara itu, penurunan Nasdaq Composite dipengaruhi turunnya saham Apple dan Alphabet yang tidak dapat mengompensasi naiknya saham Amazon.
“Kunci utama untuk market hari ini adalah kenaikan suku bunga,” jelas Managing Director US Bank Wealth Management Mike Beale.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja pada Januari melebih ekspektasi, yakni sebanyak 200.000 pekerjaan sedangkan ekonom sebelumnya memperkirakan 180.000 pekerjaan.
Reuters memberitakan, pertumbuhan tenaga kerja ini juga diikuti dengan kenaikan upah terbesar dalam lebih dari 8,5 tahun.
Gambaran pekerja yang meminta upah lebih tinggi memicu ekspektasi bahwa inflasi tengah meningkat, yang mana dapat membuat Federal Reserve mengambil pendekatan semakin agresif untuk meningkatkan suku bunga.
Hal ini juga mengakibatkan yield treasury berjangka waktu 10 tahun naik menjadi 2,8450% atau tertinggi setelah Januari 2014, membuat imbal terhadap treasury menjadi lebih menarik dari saham.
(ray/ray) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Melansir CNBC International, Dow Jones Industrial Average merosot 665,75 poin atau 2,54% menjadi 25.520,96. Ini sekaligus pertama kalinya Dow jatuh di atas 500 poin sejak Juni 2016.
Kemudian, S&P 500 melemah 2,1% atau 59,85 poin sehingga ditutup pada level 2.762,13 dan Nasdaq Composite turun 144,92 poin atau 1,96% menjadi 7.240,95.
“Kunci utama untuk market hari ini adalah kenaikan suku bunga,” jelas Managing Director US Bank Wealth Management Mike Beale.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja pada Januari melebih ekspektasi, yakni sebanyak 200.000 pekerjaan sedangkan ekonom sebelumnya memperkirakan 180.000 pekerjaan.
Reuters memberitakan, pertumbuhan tenaga kerja ini juga diikuti dengan kenaikan upah terbesar dalam lebih dari 8,5 tahun.
Gambaran pekerja yang meminta upah lebih tinggi memicu ekspektasi bahwa inflasi tengah meningkat, yang mana dapat membuat Federal Reserve mengambil pendekatan semakin agresif untuk meningkatkan suku bunga.
Hal ini juga mengakibatkan yield treasury berjangka waktu 10 tahun naik menjadi 2,8450% atau tertinggi setelah Januari 2014, membuat imbal terhadap treasury menjadi lebih menarik dari saham.
(ray/ray) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Most Popular