
Kartu Debet Berlogo Garuda Milik BRI akan Hadir Maret
Monica Wareza, CNBC Indonesia
31 January 2018 08:34

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) akan merilis kartu debit berlogo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) pada akhir kuartal pertama tahun ini. Saat ini, kartu tersebut masih dalam tahap persetujuan desain dari Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Logo GPN menggunakan lambang Burung Garuda berwarna merah dan putih.
Direktur Konsumer Bank BRI Handayani mengatakan perubahan kartu yang dimiliki nasabahnya ini diharapkan dapat segera dilakukan pada akhir Maret mendatang. Namun langkah ini tidak mudah mengingat jumlah kartu debit yang sudah beredar di masyarakat juga tidak sedikit jumlahnya.
"Kami butuh waktu karena kartu kami banyak di masyarakat, mencapai 50 juta keping kartu. Jadi semuanya secara bertahap sesuai dengan arahan dari BI," kata Handayani di Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1).
Kartu debit dengan desain baru tersebut, akan memiliki logo burung garuda dengan kombinasi warna biru merah dan dikhususkan untuk transaksi di dalam negeri. Artinya, bank tidak akan membutuhkan perusahaan switching asing untuk penyelesaian transaksi dengan menggunakan kartu debit.
"Untuk Himbara itu ada 4 perusahaan switching, kami kerja sama dengan semuanya, itu semua service company. BRI langsung terhubung dengan 4 perusahaan itu, karena begitu GPN, kami langsung terhubung dengan itu," jelas dia.
Dengan adanya kartu yang sudah terhubung dengan GPN, dimungkinkan kartu debit hanya akan digesek melalui satu mesin Electronic Data Capture (EDC). Selain itu, tingkat biaya transaksi pembayaran (Merchant Discount Rate/MDR) hanya akan dikenakan sebesar 1%, dari sebelumya sebesar 1,6%-2,2%.
Bank Indonesia sudah menghimbau bank-bank dalam negeri, khususnya bank Himbara untuk menggunakan kartu berlogo GPN ini. Diharapkan penerapan ini akan dapat dimulai pada awal tahun.
Kartu Kredit
(hps) Next Article Bantu Korban Tsunami, BRI Salurkan Donasi Rp 300 Juta
Direktur Konsumer Bank BRI Handayani mengatakan perubahan kartu yang dimiliki nasabahnya ini diharapkan dapat segera dilakukan pada akhir Maret mendatang. Namun langkah ini tidak mudah mengingat jumlah kartu debit yang sudah beredar di masyarakat juga tidak sedikit jumlahnya.
"Kami butuh waktu karena kartu kami banyak di masyarakat, mencapai 50 juta keping kartu. Jadi semuanya secara bertahap sesuai dengan arahan dari BI," kata Handayani di Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1).
"Untuk Himbara itu ada 4 perusahaan switching, kami kerja sama dengan semuanya, itu semua service company. BRI langsung terhubung dengan 4 perusahaan itu, karena begitu GPN, kami langsung terhubung dengan itu," jelas dia.
Dengan adanya kartu yang sudah terhubung dengan GPN, dimungkinkan kartu debit hanya akan digesek melalui satu mesin Electronic Data Capture (EDC). Selain itu, tingkat biaya transaksi pembayaran (Merchant Discount Rate/MDR) hanya akan dikenakan sebesar 1%, dari sebelumya sebesar 1,6%-2,2%.
Bank Indonesia sudah menghimbau bank-bank dalam negeri, khususnya bank Himbara untuk menggunakan kartu berlogo GPN ini. Diharapkan penerapan ini akan dapat dimulai pada awal tahun.
Kartu Kredit
Pada kesempatan yang sama, BRI meluncurkan kartu kredit khusus untuk kelas menengah atas yang memiliki pendapatan minimal Rp 30 juta. Kartu ini diutamakan untuk penggunanya yang senang traveling.
Handayani menjelaskan, tahun ini perusahaan menargetkan bisa melepas 10 ribu kartu baru ini. Jumlah ini terbilang kecil dari target total 300 ribu kartu kredit tahun ini karena segmen yang ditargetkan juga sangat spesifik.
"Karena ini upper segment ya, ya dari 300 ribu target itu 10 ribunya dari kartu baru itu porsinya," kata Handayani di Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1).
Secara spesifik Handayani menjelaskan bahwa kartu kredit ini memiliki limit cukup besar, yakni antara Rp 50 juta hingga Rp 1 miliar. Ditargetkan hingga akhir tahun total transaksi dari kartu ini akan mencapai angka Rp 300 miliar dari total target keseluruhan sebesar Rp 7,2 triliun.
Selain itu, menurut dia kartu ini juga cocok untuk kalangan milenial yang memiliki penghasilan tinggi, pasalnya milenial dianggap lebih banyak bertransaksi melalui jaringan e-commerce dibandingkan dengan bertransaksi konvensional.
"Milenial kaya ya itu manfaatnya tadi benefit program karena milenial kan suka transaksi berbasis commerce, kita punya partner berbasis commerce untuk tiket dan hotel. Jadi buat yang suka travelling banyak kegunaannya," kata dia.
Adapun sepanjang tahun ini Handayani mengaharapkan pertumbuhan penerbitan kartu kredit bisa mencapai 21% dibandingkan dengan jumlah tahun lalu.
Handayani menjelaskan, tahun ini perusahaan menargetkan bisa melepas 10 ribu kartu baru ini. Jumlah ini terbilang kecil dari target total 300 ribu kartu kredit tahun ini karena segmen yang ditargetkan juga sangat spesifik.
"Karena ini upper segment ya, ya dari 300 ribu target itu 10 ribunya dari kartu baru itu porsinya," kata Handayani di Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1).
Secara spesifik Handayani menjelaskan bahwa kartu kredit ini memiliki limit cukup besar, yakni antara Rp 50 juta hingga Rp 1 miliar. Ditargetkan hingga akhir tahun total transaksi dari kartu ini akan mencapai angka Rp 300 miliar dari total target keseluruhan sebesar Rp 7,2 triliun.
Selain itu, menurut dia kartu ini juga cocok untuk kalangan milenial yang memiliki penghasilan tinggi, pasalnya milenial dianggap lebih banyak bertransaksi melalui jaringan e-commerce dibandingkan dengan bertransaksi konvensional.
"Milenial kaya ya itu manfaatnya tadi benefit program karena milenial kan suka transaksi berbasis commerce, kita punya partner berbasis commerce untuk tiket dan hotel. Jadi buat yang suka travelling banyak kegunaannya," kata dia.
Adapun sepanjang tahun ini Handayani mengaharapkan pertumbuhan penerbitan kartu kredit bisa mencapai 21% dibandingkan dengan jumlah tahun lalu.
(hps) Next Article Bantu Korban Tsunami, BRI Salurkan Donasi Rp 300 Juta
Most Popular