
Industri Asuransi Harus Siap Hadapi Disrupsi Teknologi
gita rossiana, CNBC Indonesia
14 January 2018 16:05

Jakarta, CNBC Indonesia-Perusahaan asuransi dinilai harus siap dengan berbagai disrupsi di bidang teknologi. Antisipasi sedini mungkin merupakan langkah yang paling tepat untuk terhindar dari disrupsi tersebut.
Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo mengungkapkan, tantangan asuransi ke depan adalah transformasi memasuki era digitalisasi dan disrupsi teknologi.”Perusahaan asuransi harus menyesuaikan diri dengan generasi milenial yang merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja,”ujar dia melalui pesan singkat kepada CNBC Indonesia, Minggu (14/1/2018).
Pada saat ini, menurut dia, perusahaan asuransi cepat atau lambat akan terkena dampak dari disrupsi teknologi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan asuransi harus menyesuaikan diri dengan era digital.
“Ke depan dengan berkembangnya fintech dan branchless banking seperti Go-pay maka lagi-lagi digitalisasi merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi saat ini sudah ada beberapa perusahaan asuransi yang bermain di platform fintech,” tegas dia.
Kendati, pemasaran melalui kontak langsung masih diandalkan perusahaan asuransi untuk mengatasi rendahnya literasi keuangan di Indonesia. “Kanal face to face yang utamanya melalui keagenan dan bancassurance masih menjadi porsi terbesar dari perolehan premi asuransi, tetapi nasib kanal keagenan dan bancassurance tinggal tunggu waktu,”ucap dia.
Hal lain yang harus dicermati perusahaan asuransi adalah fenomena mata uang kripto seperti bitcoin dan block chain yang juga akan mengganggu industri perasuransian.”Disrupsi yang tiba-tiba datang harus diantisipasi, asuransi harus bersiap dengan gelombang distrupsi teknologi seperti Augmented Intelligence (AI), big data dan internet,”ungkap dia.
(gus/gus) Next Article Heboh, Nasabah Asuransi Ini 'Teriak-teriak' Rugi di Sosmed
Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo mengungkapkan, tantangan asuransi ke depan adalah transformasi memasuki era digitalisasi dan disrupsi teknologi.”Perusahaan asuransi harus menyesuaikan diri dengan generasi milenial yang merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja,”ujar dia melalui pesan singkat kepada CNBC Indonesia, Minggu (14/1/2018).
Pada saat ini, menurut dia, perusahaan asuransi cepat atau lambat akan terkena dampak dari disrupsi teknologi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan asuransi harus menyesuaikan diri dengan era digital.
“Ke depan dengan berkembangnya fintech dan branchless banking seperti Go-pay maka lagi-lagi digitalisasi merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi saat ini sudah ada beberapa perusahaan asuransi yang bermain di platform fintech,” tegas dia.
Kendati, pemasaran melalui kontak langsung masih diandalkan perusahaan asuransi untuk mengatasi rendahnya literasi keuangan di Indonesia. “Kanal face to face yang utamanya melalui keagenan dan bancassurance masih menjadi porsi terbesar dari perolehan premi asuransi, tetapi nasib kanal keagenan dan bancassurance tinggal tunggu waktu,”ucap dia.
Hal lain yang harus dicermati perusahaan asuransi adalah fenomena mata uang kripto seperti bitcoin dan block chain yang juga akan mengganggu industri perasuransian.”Disrupsi yang tiba-tiba datang harus diantisipasi, asuransi harus bersiap dengan gelombang distrupsi teknologi seperti Augmented Intelligence (AI), big data dan internet,”ungkap dia.
(gus/gus) Next Article Heboh, Nasabah Asuransi Ini 'Teriak-teriak' Rugi di Sosmed
Most Popular