
Defisit Transaksi Perdagangan Minyak 2017 Capai US$ 13 Miliar
Rivi Satrianegara & gus, CNBC Indonesia
11 January 2018 19:12

Jakarta, CNBC Indonesia- Terus naiknya harga minyak dunia membuat negara defisit sebanyak US$ 13 miliar di 2017. Ini jelas dikarenakan angka impor yang lebih tinggi ketimbang penerimaan yang didapatkan negara dari komoditas tersebut.
"Defisit itu untuk transaksi sepanjang Januari hingga November 2017. Belum termasuk Desember, jika dirata-rata bisa jadi sampai US$ 14 miliar," ujar Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri ketika dijumpai di Le Meridien, Kamis (11/1/2018).
Angka defisit yang tinggi itu, kata Faisal, sudah harus diwaspadai pemerintah. Pemerintah disarankan tidak lagi menunggu waktu untuk mengubah asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Apalagi, transaksi perdagangan minyak pada dua bulan terakhir juga masih anjlok. Pemerintah akan terus merugi dengan patokan ICP di US$ 48 per barel, sementara harga minyak dunia sudah terbang di atas US$ 62 per barel.
Berbeda dengan fluktuasi kenaikan harga minyak di tahun 2012, saat itu APBN memberikan ruang untuk menaikkan patokan asumsi makro ICP apabila kenaikan harga minyak dunia sudah lebih dari 15% dari ICP. "Saat ini ruangnya tidak ada. Tapi impor tinggi tanpa penyesuain hanya akan buat negara makin defisit," kata Faisal.
(hps/hps) Next Article DPR Pertanyakan AKR Jadi Distributor BBM
"Defisit itu untuk transaksi sepanjang Januari hingga November 2017. Belum termasuk Desember, jika dirata-rata bisa jadi sampai US$ 14 miliar," ujar Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri ketika dijumpai di Le Meridien, Kamis (11/1/2018).
Angka defisit yang tinggi itu, kata Faisal, sudah harus diwaspadai pemerintah. Pemerintah disarankan tidak lagi menunggu waktu untuk mengubah asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Berbeda dengan fluktuasi kenaikan harga minyak di tahun 2012, saat itu APBN memberikan ruang untuk menaikkan patokan asumsi makro ICP apabila kenaikan harga minyak dunia sudah lebih dari 15% dari ICP. "Saat ini ruangnya tidak ada. Tapi impor tinggi tanpa penyesuain hanya akan buat negara makin defisit," kata Faisal.
(hps/hps) Next Article DPR Pertanyakan AKR Jadi Distributor BBM
Most Popular