Lebih Cuan Investasi Saham Atau Reksa Dana? Ini Kata Michael Yeoh

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
21 August 2025 07:30
Financial & Ivesment Expert, Michael Yeoh menyampaikan pemaparan saat kelas edukasi dalam acara LPS FInancial Festival 2025 di Regale International Convention Center, Medan, Sumatera Utara, Rabu (20/8/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Financial & Ivesment Expert, Michael Yeoh menyampaikan pemaparan saat kelas edukasi dalam acara LPS FInancial Festival 2025 di Regale International Convention Center, Medan, Sumatera Utara, Rabu (20/8/2025). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Medan, CNBC Indonesia - Professional trader dan trading coach Michael Yeoh mengungkapkan potensi keuntungan dari investasi saham dan reksa dana. Seperti diketahui, instrumen saham berpotensi memberikan keuntungan yang tinggi dengan risiko kerugian yang juga tinggi. Sementara itu, reksa dana menawarkan imbal hasil yang lebih pasti, tetapi membutuhkan waktu yang lama untuk mengakumulasi keuntungan.

Michael mengatakan imbal hasil dari seluruh reksa dana di Indonesia, 90% di bawah imbal hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan, reksa dana yang berkinerja baik selalu berbeda di setiap empat tahun. Untuk itu, Michael mengatakan investor harus mampu menganalisis ke mana arah manajemen investasi yang meracik produk reksa dana.

"Fund manajernya yang mengejar alpha, saat ini, di Indonesia, posisinya sama sedikit. Tapi yang penting, berinvestasi di reksa dana, tergantung dari profil risiko kalian," kata Michael di Educational Class LPS Financial Festival 2025 dengan Bank Mega, di Regale International Convention Center, Medan, Sumatera Utara, Rabu (20/8/2025).

Dia mengatakan tidak pernah ada reksa dana yang performanya mengalahkan IHSG dan inflasi. Pasti ada saatnya instrumen tersebut menurun.

Pada kesempatan yang sama, Head of Digital and Marketing Communications Bank Mega, Caroline Setiabudi mengatakan bahwa keputusan investasi memang harus didasari oleh analisis sendiri. Dia mengatakan bermain saham memang butuh mental yang kuat.

"Karena balik lagi, risk at a time, masing-masing kan berbeda. Ada yang memang kayak very high risk, berani ambil resiko. Ada yang kayak, yang penting aman aja. Jadi, dikembalikan ke masing-masing pribadi," kata dia.

Caroline menyarankan strategi diversifikasi dalam manajemen potensi risiko. Investor bisa masuk ke lebih dari satu instrumen.

"Jadi, menurutku, dengan aku diversifikasi itu aku bisa manage resiko. Jadi, kalau di saat yang naik-turun, ada yang naik. Jadi, nggak terlalu jeblok-jeblok banget," kata dia.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Intip Investasi Pilihan Nasabah Tajir Era Perang Dagang Trump

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular