
Kisah Pilu Santo Suruh, Hidup Susah & Rawat Ibu dengan Gangguan Jiwa

Jakarta, CNBC Indonesia - Di balik viralnya layanan jasa suruh yang disediakan Santo Suruh, ternyata ada kisah pilu dari Susanto terkait perjuangannya dalam menyambung hidup.
Pria yang dulu bekerja sebagai tukang antar galon ini sekarang telah memiliki 50 mitra usaha untuk jasa suruhan yang dia dirikan. Santo sendiri mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak mengambil untung untuk setiap jasa suruhan yang dilakukan mitranya.
Namun siapa sangka, Santo berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi yang serba terbatas. Ibunya adalah orangtua tunggal yang menghidupinya, dan 10 tahun yang lalu sang ibu dikabarkan menyidap gangguan jiwa.
"Saya dari kecil yatim, ditinggal bapak hidup. Ibu saya sakit, gangguan jiwa, ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) gitu, tapi dia masih ingat saya," ujar Santo saat berbicara dalam podcast bersama Deryansha Azhary.
Semasa kecil, Santo juga sering dititipkan ke kakeknya dan saudara-saudaranya. Dan saat ini, Santo bekerja menghidupi keluarga dan ibunya.
Ketika ditanya soal penyebab sang ibu mengalami gangguan jiwa, Santo mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena tekanan hidup sang ibu yang sangat berat. Menurut Santo, tak ada orang yang bisa diajak untuk berbagi cerita atau beban hidup sang ibu selama bertahun-tahun menjadi single parent.
Akibat dari gangguan jiwa tersebut, ibunda Santo tidak bisa mengingat apapun selain putranya sendiri. Yang dilakukan setiap hari hanyalah diam di rumah dan makan.
Santo menegaskan bahwa adalah bodoh jika seorang anak menelantarkan ibunya sendiri.
"Saya rawat ibu saya, saya gak mau ibu saya terlantar, orangtua saya tetap orangtua saya. Banyak yang di posisi saya, ada yang (orangtuanya) dibuang, banyak yang gak diakuin. buat saya itu hal bodoh, karena mau gimana orangtua tetap orangtua. Kalau kita sudah begitu pasti ya rezeki susah. Saya juga heran, kadang kok ada aja uang, ada aja yang ngasih, mungkin berkah dari situ," lanjutnya.
Santo pun bilang bahwa meski dirinya sedang tidak punya uang, dia selalu mengusahakan dapat uang dari cara apapun asalkan halal.
Santo juga ditanya, saat bekerja sebagai tukang galon, penghasilan yang diterima tentu saja tidak besar, namun seperti apa cara Santo untuk tetap bisa menghidupi orangtua dan keluarganya? Berikut ulasannya.
Belajar jadi generasi sandwich ala Santo Suruh
Santo mengatakan bahwa saat dirinya masih berjualan galon, keuntungan yang diterima tidak banyak, namun dia tetap memprioritaskan ibunya.
"Ini pilihan yang berat, sempat ada kecemburuan sosial juga. namanya istri tapi lambat laun kita terangin (jelaskan). Kita juga gak bisa nyalahin istri, dia juga gak bisa ikut urusin orangtua saya, karena dia saya diposisikan sebagai ibu rumah tangga, saya juga punya orangtua, itu pilihan berat. saya harus pintar2 memilah," lanjut Santo.
Menurut Santo, sebagai laki-laki dirinya harus memprioritaskan orangtua. Namun nafkah juga istri tetap menjadi kewajibannya.
Edukasi seluruh anggota keluarga soal keuangan
Sejatinya, tak hanya pengertian yang dibutuhkan oleh keluarga yang memiliki pencari nafkah dari generasi sandwich.
Pemahaman finansial juga sangat dibutuhkan para anggota keluarga agar perekonomian keluarga bisa membaik seiring dengan berjalannya waktu.
Dengan pemahaman keuangan yang baik, mereka akan sangat mendukung segala keputusan finansial yang relevan terhadap tujuan finansial keluarga.
(aak/aak)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2 Masalah yang Bikin Keuangan Anak Menderita Saat Anda Tua