Dengan Cara Ini, Anda Bisa Tahu Kapan Balik Modal dari Saham!
JAKARTA, CNBC Indonesia - Bagi Anda yang sudah terjun ke dalam dunia investasi saham, Anda mungkin familiar dengan metode valuasi seperti price to earning ratio (PE Ratio) dan price to book value (PBV). Namun, jangan abaikan fakta bahwa ada pendekatan lain yang menarik untuk dieksplorasi, yang dapat membantu Anda memprediksi kapan investasi Anda balk modal.
Pendekatan yang dimaksud adalah dengan mengetahui nilai rasio EV/CFO. EV/CFO adalah rasio yang membandingkan enterprise value dengan arus kas operasional. Rasio ini memberikan gambaran tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan kembali modal saat seseorang mengakuisisi perusahaan tersebut.
Misalnya, jika nilai EV/CFO adalah 10, itu berarti dibutuhkan 10 tahun untuk menghasilkan kembali modal. Sebaliknya, jika nilai tersebut mendekati nol, itu menunjukkan potensi pengembalian modal dalam waktu kurang dari setahun.
Selanjutnya, mari kita bahas secara rinci mengenai metode EV/CFO ini.
Enterprise Value (EV)
EV mencerminkan nilai total perusahaan pada saat ini. Rumus untuk menghitung EV adalah:
(Kapitalisasi pasar + utang bank) - kas dan setara kas
Penggunaan EV sangat relevan terutama bagi mereka yang berencana untuk mengakuisisi perusahaan, karena EV memperhitungkan utang perusahaan. Ketika kita mengakuisisi perusahaan, kita akan mewarisi utangnya dan mendapatkan aset berupa kas yang ada.
Menilai sebuah perusahaan berdasarkan EV dianggap lebih akurat daripada hanya menggunakan kapitalisasi pasar (market cap), karena market cap sangat dipengaruhi oleh harga saham dan jumlah saham yang beredar.
Arus Kas Operasional
Arus kas operasional adalah jumlah uang yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan dalam suatu periode. Informasi mengenai arus kas operasional biasanya dapat ditemukan dalam laporan keuangan tahunan atau kuartalan.
Arus kas masuk meliputi penerimaan uang dari penjualan barang dan jasa kepada pelanggan, sedangkan arus kas keluar mencakup pembayaran kepada pemasok, gaji karyawan, dan biaya operasional lainnya.
Arus kas negatif menandakan bahwa pengeluaran operasional melebihi pendapatan dari penjualan. Sebaliknya, arus kas positif menunjukkan kinerja operasional yang baik.
Arus kas operasional merupakan indikator yang penting untuk mengevaluasi kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.
Simulasi Perhitungan EV/CFO
Mari kita lihat sebuah contoh simulasi perhitungan valuasi saham menggunakan metode EV/CFO. Misalkan, pada laporan keuangan perusahaan A terdapat data berikut:
Kapitalisasi pasar Rp 525 miliar
Utang bank Rp 11 miliar
Kas Rp 432 miliar
Rata-rata arus kas operasional selama tiga tahun terakhir mencapai Rp 187 miliar
Dengan menggunakan rumus EV, kita dapat menghitung bahwa EV perusahaan A adalah sebesar Rp 104 miliar. Selanjutnya, dengan membagi EV dengan arus kas operasional, kita mendapatkan nilai EV/CFO sebesar 0,6 kali. Ini mengindikasikan bahwa modal yang diinvestasikan akan kembali dalam waktu enam bulan, berdasarkan kondisi terakhir dalam laporan keuangan.
Intinya, semakin rendah nilai EV/CFO, semakin cepat modal Anda akan kembali.
PER & PBV bisa lengkapi analisis saham Anda
Keberadaan metode EV/CFO tidak berarti bahwa PER dan PBV menjadi tidak relevan. PER dan PBV masih memiliki peran penting dalam mengevaluasi harga saham berdasarkan pendapatan dan nilai bukunya.
PER dan PBV tetap bisa menjadi panduan untuk menentukan waktu yang tepat untuk membeli saham. Dengan demikian, ketiga metode ini dapat saling melengkapi dalam analisis investasi Anda.
(aak/aak)