Belajar dari Marchelin, Jadi Sarjana Gak Mesti Kaya
Jakarta, CNBC Indonesia - Memiliki kesempatan untuk bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi merupakan mimpi yang diidam-idamkan banyak orang. Tidak jarang banyak perjuangan mulai dari tenaga, waktu dan uang yang dikorbankan untuk bisa menyandang gelar sarjana dan membanggakan kedua orang tua.
Disamping itu, perjuangan di bangku perkuliahan juga tidak kalah serunya, tentang bagaimana mahasiswa dan mahasiswi harus berkomitmen untuk menyelesaikan pendidikan kuliahnya sehingga bisa menjadi sarjana ditengah gempuran banyaknya mahasiswa atau mahasiswi yang putus kuliah karena berbagai faktor.
Namun semua itu tentunya tidak akan bisa tercapai tanpa semangat yang membara, doa dari keluarga dan komitmen yang tinggi dari mahasiswa maupun mahasiswi.
Seperti salah satu kisah inspiratif membanggakan datang dari Marchelin Putri Kijne Wally, yang merupakan seorang BINUSIAN (sebutan untuk mahasiswa BINUS) dari jurusan manajemen bersukacita atas keberhasilannya menyelesaikan pendidikan di BINUS UNIVERSITY.
Dia merupakan penerima beasiswa afirmasi ADIK Papua, lulus dengan pengalaman magang di dua perusahaan terkemuka di Indonesia, yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Bank Rakyat Indonesia.
Marchelin memiliki keyakinan penuh meraih pendidikan setingginya untuk merawat kedua adiknya, menggantikan peran orang tuanya yang telah meninggal serta membangun daerahnya.
"Wisuda ini saya persembahkan untuk kedua orangtua yang sedang menyaksikan di surga dan juga untuk kedua adik saya. Sangat bersyukur, dapat menyelesaikan kuliah yang saya jalani dengan pengalaman belajar yang luar biasa. Kenyamanan dan kemudahan proses belajar mengajar, dukungan fasilitas yang serba digital, hingga kesempatan magang pada dua Perusahaan besar, menjadi bekal berharga bagi saya untuk meraih cita-cita dan memberikan dampak bagi keluarga dan masyarakat", ungkap Marchelin.
Sebanyak 77% lulusan sarjana telah bekerja dengan 23% di antaranya bekerja di perusahaan global, 28% bekerja di perusahaan non-global maupun nasional teratas, 18% menjadi wirausahawan, 5% bekerja di perusahaan startup, dan 3% melanjutkan studi.
Prestasi para wisudawan dan wisudawati BINUS UNIVERSITY ini mendapat apresiasi dari Prof. Dr.Toni Toharudin, S.SI., M.Sc. selaku Kepala LLDikti Wilayah III DKI Jakarta.
Dalam sambutannya, Prof. Toni menggarisbawahi tiga kunci utama menyiapkan generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045. Pertama, kreativitas dan inovasi. Merupakan faktor utama dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik, kita harus menjadi bagian dari solusinya.
Kedua, memupuk semangat dan jiwa entrepreneurship merupakan pilihan yang strategis, menciptakan lapangan kerja, menggerakkan ekonomi, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Ketiga, pendidikan inovatif harus selalu bergerak seiring perkembangan zaman.
Prof. Toni juga menekankan Indonesia harus menjadi negara dengan lebih banyak pengusaha agar tidak terjebak menjadi negara middle-income trap, sehingga Indonesia menjadi negara maju sebelum batas bonus demografi habis di tahun 2036.
Negara yang mengalami middle-income trap umumnya mengalami pertumbuhan ekonomi yang stagnan, kurangnya investasi, rendahnya produktivitas, dan kualitas pendidikan serta infrastruktur yang kurang memadai.
(Zefanya Aprilia/ayh)