Belajar dari Pandu Sjahrir, Cari Saham ya yang Lagi Murah!
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam pembukaan CNBC Indonesia Investment Expo 2023, Founding Partner AC Venture Pandu Sjahrir menceritakan bagaimana kisah perjalanannya dalam berinvestasi. Pandu bercerita bagaimana dirinya memulai investasi saat masih 18 tahun.
"Saya mulai (investasi), di umur 18 tahun saat sekolah S1 di chicago tiba-tiba krisis 98 terjadi, saat itu ayahku politisi. Dari situ saya berpikir, gimana gue di Amerika, gue harus nabung. Semua (uang) yang saya dapat dari bekerja di perpustakaan, di restoran saya tabung dan investasikan," ucap Pandu di CNBC Indonesia Investment Expo 2023.
Melihat ambisi sang ayah yang ingin terjun ke politik, Pandu pun merasakan pentingnya untuk memiliki pondasi keuangan yang baik lantaran setiap kegiatan politik baik kampanye dan lain sebagainya akan sangat menguras keuangan keluarga.
Saat Pandu lulus, ayahnya kembali menyuarakan keinginannya untuk serius di politik. Alhasil warisan keluarga pun akan terpakai.
Pandu mengaku bahwa dirinya belajar investasi karena takut akan keuangan keluarga, dan pada awalnya mencoba reksa dana, namun karena menurut Pandu imbal hasilnya kurang maksimal, dia pun memilih saham sebagai investasinya. Dan ketika Pandu bekerja di Amerika Serikat sebagai investment banker, dia pun mempelajari valuasi saham dengan baik dengan tujuan bisa mendapatkan saham di harga murah.
Incar saham yang murah
Pandu juga menceritakan bagaimana dirinya memutuskan untuk membeli saham-saham murah. Sebut saja, saham teknologi pada saat itu. Di tahun 2013, Pandu mengaku menginvestasikan banyak uangnya ke perusahaan teknologi karena saat itu sektor teknologi masih sepi peminat.
"Saya kebetulan diterima 2015 di Stanford dan saat itu banyak yang invest di teknologi, dulu itu saya gak paham soal teknologi dan saya pelajari secara otodidak," tegasnya.
Pandu juga mengatakan, ketika kita membeli saham yang ramai akan peminat yang harganya telah terapresiasi, maka risiko penurunan harga juga akan semakin tinggi.
"Saya taruh seluruh tabungan saya di teknologi, dan menurut saya apa yang sudah terjadi tidak boleh disesali," imbuhnya.
Pandu pun bercerita bagaimana dirinya berhasil meraup untung pada 2008 saat terjadi krisis properti di Negeri Paman Sam. Saat itu, saham Goldman Sachs dan JP Morgan juga mengalami koreksi tajam, dan Pandu pun memborongnya.
"Kalau Goldman Sachs dan JP Morgan hancur, Amerika bisa hancur, kita semua kehilangan pekerjaan. Orang jual karena takut, tapi saya beli," ucapnya.
(aak/aak)