
Awal Semester II, Waktunya Beli Reksa Dana Saham!

Jakarta, CNBC Indonesia - Secara year to date (YTD) alias satu semester, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan alias minus sementara indeks reksa dana saham masih lebih unggul dari IHSG walau kinerjanya juga minus 0,14% jika dihitung dari 3 Juli 2023.
Kinerja perekonomian global memang masih tidak menentukan lantaran adanya kabar soal potensi pengetatan lebih lanjut Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) jika inflasi di Negeri Paman Sam tidak turun. Dan hal ini memang bakal berdampak terhadap kinerja pasar saham tak terkecuali di Indonesia.
"Kalau bicara investasi di pasar saham, orientasinya lebih untuk jangka panjang. Mungkin lima tahun atau 10 tahun, kalau jangka pendek tentu akan berimbas karena fluktuasi tadi, oleh karena itu investor beralih ke reksa dana khususnya yang berbasis SBN (Reksa Dana Pendapatan Tetap) yang saat ini lagi bullish berdasarkan Edvisor Total Fixed Income Fund," ujar CEO Edvisor.id, Praska Putrantyo dalam Investime (3/7).
"Investor, jika profil (risikonya) agresif, dan orientasi investasinya jangka panjang maka bisa memanfaatkan momentum ini untuk mengakumulasi ketika harganya murah, sama seperti saham ketika harga saham itu terkoreksi dalam maka ini adalah time to invest. Tapi yang perlu dicatat adalah, selama produknya atau sahamnya bagus secara fundamental maka akan sangat layak sekali dikoleksi untuk jangka panjang," imbuhnya.
Pemula bisa coba reksa dana saham
Reksa dana saham dibentuk oleh manajer investasi untuk menciptakan sebuah portofolio dengan returns yang bisa mengalahkan indeks acuan, dalam hal ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), maupun indeks-indeks lain di BEI.
Dalam kesempatan yang sama, Financial Expert CNBC Indonesia Ayyi Achmad Hidayah juga mengatakan bahwa instrumen inipun bisa digunakan oleh para investor pemula, dengan catatan profil risiko mereka adalah agresif.
"Jadi, jika dia (investornya) berprofil risiko agresif dan memang belum pernah terjun langsung ke saham, mungkin reksa dana saham ini cocok lantaran underlying dari aset rd saham ini 80% adalah saham sementara sisanya adalah pasar uang. Paling gak, dia tidak kita gak akan terkaget-kaget banget kalau ternyata fluktuasinya tinggi," ujar Ayyi.
Ayyi juga menambahkan, investor sebaiknya tidak melupakan diversifikasi meski dirinya sudah membeli satu produk reksa dana saham.
Seperti diketahui dengan membeli satu reksa dana saham, sejatinya Anda sudah memiliki portofolio yang sebagian besar merupakan saham dan sebagian kecilnya adalah instrumen pasar uang atau pendapatan tetap. Namun Ayyi menambahkan, diversifikasi justru dilakukan akan risiko investasi Anda secara keseluruhan bisa termitigasi dengan baik.
"Walau kita sudah masuk reksa dana saham kita tetap harus diversifikasi, let say 20-30% atau lebihnya ke fixed income (reksa dana pendapatan tetap) atau (reksa dana) pasar uang. Itu yang tadi dibilang untuk antisipasi kinerja industrinya atau indeks sahamnya lagi gak bagus. Jadi diversifikasi itu bisa kita lakukan untuk menutupi kekurangan yang mungkin terjadi di instrumen reksa dana saham," tandasnya.
(aak/aak)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini 10 Reksa Dana Saham Terboncos Dalam 1 Semester