Fast Fashion, Murah Tapi Bisa Bikin Miskin Loh!

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren fast fashion sedang menjangkit di kalangan millenials hingga gen-z. Meskipun tak ada salahnya mengikuti trend, tapi harus awas karena ada risiko dibaliknya.
Apa itu fast fashion?
Fast fashion adalah pakaian trendi yang diproduksi secara massal dan tersedia dengan harga terendah. Harga rendah didapatkan biasanya karena biaya produksi yang rendah.
Kata "fast" sendiri mengacu pada siklus mode yang padat. Ada lima tahap tren mode: pengenalan, kebangkitan, puncak, penurunan, dan keusangan. Setiap tahap memiliki jangka waktu, tetapi perusahaan yang menjual barang-barang mode cepat memadatkan siklus awal hingga akhir.
Dengan melakukan itu, perusahaan dapat menjual barang dalam jumlah yang jauh lebih besar karena potongan-potongan itu masuk dan keluar dari gaya dengan cepat.
Selain itu yang seringkali diprotes adalah ide mode yang menyerupai dengan brand luxury namun dijual lebih murah ditambah dengan siklus mode yang terus berganti. Sehingga mampu menjaring minat para pecinta mode.
Bahaya dibalik fast fashion
Tulisan ini tidak akan membahas bahaya fast fashion yang selalu dikaitkan dengan faktor lingkungan atau kesehatan dan upah pekerja. Akan tetapi fokus kepada bahaya fast fashion bagi dompet.
Harga pakaian fast fashion memang murah. Belum lagi diskon atau promo di waktu-waktu tertentu. Tapi faktanya biaya ini mahal.
Mengikuti trend ada biayanya, apalagi jika sudah ke dalam ceruk FOMO (fear of missing out). Akibatnya bukan kebutuhan yang dipenuhi tapi hanya sekedar keinginan.
Membeli satu pakaian Rp500.000 namun dilakukan terus menerus demi mengejar mode akhirnya sebulan bisa habis jutaan. Akhirnya cashflow bulanan pas hanya untuk membeli makan, bayar sewa rumah, transportasi, mengejar tren fast fashion.
Ujung-ujungnya tidak ada dana lagi untuk menabung, investasi, asuransi, bahkan dana darurat. Hal ini akan membuat keuangan pribadi mendapatkan rapor merah.
Menghindari kantong bolong
Sebelum membeli produk fast fashion ada baiknya tanyakan kepada diri sendiri dahulu apakah memang perlu membeli.
Perlu juga cek bagaimana kondisi keuanganmu sebelum beli. Ada baiknya anggarkan saja tiap bulan untuk membeli pakaian. Sehingga ada batasan jumlah biaya yang harus dikeluarkan sehingga tujuan finansial di masa depan, dana darurat, hingga asuransi dapat terpenuhi.
(Tim riset/ras)
