Berharta Rp 6 M, Keuangan Bos Bea Cukai Jogja Berantakan?

Aulia Akbar, CNBC Indonesia
Rabu, 01/03/2023 08:25 WIB
Foto: Tangkapan layar

Jakarta, CNBC Indonesia - Usai Rafael Alun Trisambodo, nama Eko Darmanto mendadak viral berkat hashtag #BeaCukaiHedon di Twitter yang menjadi trending topic. Kepala Bea Cukai Yogyakarta yang satu ini ternyata juga punya hobi otomotif dan suka mengunggah foto-foto kendaraan mewahnya.

Berdasarkan informasi di Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) terakhir, Eko mengantongi kekayaan sebesar Rp 6,7 miliar dengan komposisi terbesar di aset properti senilai Rp 12,5 miliar.

Adapun aset bergerak berupa koleksi mobilnya memiliki nilai Rp 2,9 miliar. Bukan hanya mobil keluaran terbaru, Eko juga memiliki mobil-mobil klasik yang langka, sebut saja seperti Dogde Fargo buatan 1957, Chevrolet Apache 1957, dan Ford Bronco 1972.


Sementara itu untuk aset lancarnya, Eko menyimpan kas dan setara kas yang nilainya Rp 238 juta.

Mungkin Anda heran, dengan kepemilikan aset properti senilai Rp 12,5 miliar, bagaimana bisa seorang Eko Darmanto mengantongi kekayaan Rp 6,7 miliar? Hal itu disebabkan karena Eko memiliki utang sebesar Rp 9,01 miliar.

Dengan kepemilikan aset seperti yang tercantum di LHKPN, sehatkah keuangan Eko dari kaca mata perencana keuangan? Berikut ulasannya.

Jumlah aset lancar tidak sehat

Total aset lancar Eko ternyata hanya 3,5% dari kekayaan bersihnya. Sebagai seorang yang memiliki nilai kekayaan sebesar Rp 6,7 miliar, Eko setidaknya menyimpan kas dan setara kas atau aset lancar lain senilai Rp 1 miliar, mengapa demikian?

Dengan kepemilikan aset bergerak dan tidak bergerak yang lebih dari satu, seseorang setidaknya perlu menyimpan aset lancar setara 15-20% dari kekayaan bersih. Hal itu ditujukan untuk mempermudah mereka dalam proses perawatan, operasional, hingga pembayaran pajak atas aset-asetnya.

Utang yang terlampau besar

Utang sebesar Rp 9,01 miliar adalah jumlah yang terlampau besar bagi orang yang memiliki aset Rp 12,5 miliar. Hal itu disebabkan karena total utang yang dimiliki Eko setara dengan 72% dari total asetnya.

Alangkah baiknya bagi seseorang untuk menjaga jumlah utang yang belum terbayar, agar tidak melebihi 50% dari total aset.

Utang yang menggunung justru akan menimbulkan masalah keuangan yang cukup serius. Bayangkan saja, apa jadinya jika dia kehilangan penghasilan seketika? Tentu utang masih akan menjadi kewajiban yang harus dibayar.

Bicara mengenai jenis aset, sebagian besar aset yang dimiliki Eko adalah aset non-likuid berupa properti dan mobil. Butuh waktu yang tidak sebentar baginya untuk bisa menjual aset-aset tersebut guna melunasi utang yang ada.

Apakah jumlah aset investasinya sehat?

Jumlah aset investasi yang dianggap ideal adalah di atas 50% dari kekayaan bersih. Dalam informasi di LHKPN terakhir Eko, tidak ada satupun surat berharga (obligasi, saham, reksa dana, dan lainnya) yang dimiliki Eko.

Kepemilikan aset properti itu sendiri juga tidak bisa semerta-merta dikategorikan sebagai aset investasi, lantaran bisa saja properti yang dimiliki Eko merupakan aset guna.

 


(aak/aak)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gak Tinggal Diam, Ini Jurus OJK Redam Guncangan Pasar Modal


Related Articles