Harga Emas Antam Nggak Kemana-mana, Tetap Murah!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Jumat, 19/08/2022 10:30 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk pada Kamis (19/8/2022) di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung turun tipis Rp1.000 per gram menjadi di Rp 974.000 per gram. Sementara, harga buyback (harga yang digunakan ketika menjual emas kembali) tetap di Rp 839.000/gram.

"Harga jual kembali adalah sama untuk semua pecahan dan tahun produksi. Untuk transaksi buyback silakan menghubungi Butik Emas LM terdekat dengan jam layanan pada hari kerja Senin-Jumat. Pembayaran dilakukan secara transfer pada H+2 s/d H+3 (hari kerja). Jika kemasan rusak atau hilang dikenakan potongan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku," jelas keterangan di situs Antam.


Harga emas dunia, acuan emas Antam, melemah pada perdagangan kemarin. Pada Kamis (18/8/2022) harga emas di pasar spot tercatat US$1758 per troy ons, turun 0,16% dibandingkan posisi kemarin.

Analis Nirmal Bank Commodities Kunal Shah mengatakan harga emas yang nyaris tidak bergerak karena ada dua faktor yang saling tarik menarik dan sama kuatnya.

"Harga emas terjebak di kisaran US$ 1.750-1.800 per troy ons. Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan dan inflasi mulai melemahkan harga emas. Di sisi lain, ada banyak ketidakpastian geopolitik. Tarik-menarik membuat harga emas susah naik atau turun tajam," tutur Kunal Shah, kepadaReuters.

Dia menambahkan risalahpertemuan the Federal Open Market Committee (FOMC) memang berdampak kepada emas. Namun, dampaknya tidak terlalu signifikan.

Dalam risalah yang keluar pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed tidak memberi petunjuk khusus berapa mereka akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan September mendatang. The Fed hanya mengatakan jika mereka akan tetapmemonitor dengan dekat data-data ekonomi sebelum membuat kebijakan.

Pelaku pasar pun kemudian berekspektasi jika The Fed akan membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk menekan inflasi, Artinya, kenaikan suku bunga agresif masih sangat mungkin terjadi.

"Kami memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada September. Fokus pasar ke depan adalah data inflasi Agustus dan ketenagakerjaan September. Data tersebut akan menjadi sinyal apakah inflasi benar sudah melambat," tuturanalisStandard Chartered Suki Cooper.

Sementara menurut perangkat FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 57% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bp menjadi 2,75% - 3,0%. Sementara ekspektasi kenaikan suku bunga mencapai 75 bp sebesar 43%.

Emas sebagai lindung nilai saat inflasi memanas menjadi kurang menarik saat ada kenaikan suku bunga. Sebab meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gak Tinggal Diam, Ini Jurus OJK Redam Guncangan Pasar Modal