Terima Kasih, Amerika! Rupiah Jadi Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
Kamis, 11/08/2022 09:14 WIB
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan pagi hari ini. Rupiah mampu menyalip karena dolar AS sedang melambat.

Pada Kamis (11/8/2022), US$ 1 dihargai Rp 14.810 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,4% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Rupiah berhasil memanfaatkan situasi dolar AS yang sedang tertekan. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,46%. Selama sebulan ke belakang, koreksinya mencapai 2,66%.


Sumber: Refinitiv

Rilis data terbaru membuat dolar AS sulit menguat. US Bureau of Labour Statistics melaporkan inflasi Negeri Adidaya pada Juli 2022 berada di 8,5% year-on-year (yoy). Masih tinggi, tetapi jauh melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 9,1%, tertinggi dalam lebih dari 40 tahun terakhir.

Inflasi energi pun melambat, meski masih di level tinggi. Harga bensin masih naik 44% yoy, melambat dibandingkan Juni 2022 yang melonjak 59,9% yoy. Sementara harga gas alam naik 30,5% yoy, versus 38,4% yoy pada Juni 2022.

Perlambatan laju inflasi membuat pasar makin yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan sedikit mengerem laju pengetatan moneter. Sebab, selama ini kenaikan suku bunga acuan yang agresif dilakukan atas nama 'perang' melawan inflasi.

Nah, sekarang inflasi sudah mulai melandai (meski masih tinggi). Jadi, bolehlah Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega agak santai sedikit.

Kini pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) ke 2,75-3% dalam rapat bulan depan. Mengutip CME FedWatch, kemungkinannya 57,5%. Bukan lagi naik 75 bps apalagi 100 bps.

Sumber: CME FedWatch

"Next meeting akan naik 50 bps. Namun setelah itu mereka akan berhitung dengan teliti karena pertumbuhan ekonomi masih lemah.

"Saya pikir kenaikan bunga akan berakhir tahun ini, tahun depan mereka akan turunkan bunga. Aneh kalau naikkan bunga terus ketika ekonomi resesi," papar Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam acara CNBC Indonesia Economic Update 2022.

Tanpa kenaikan suku bunga yang jor-joran, dolar AS tidak punya tenaga untuk bergerak ke utara. Pelemahan dolar AS mampu dimanfaatkan rupiah untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gak Tinggal Diam, Ini Jurus OJK Redam Guncangan Pasar Modal