
Oh, Ini Toh yang Bikin Masyarakat Terjerat Investasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi ilegal atau investasi bodong belakangan ini kian merebak menyusul iklim investasi di Indonesia yang terus mengalami pertumbuhan.
Diketahui saat ini jumlah investor pasar modal sudah mencapai 8.022.386. Jumlah ini meningkat dari posisi 21 Januari 2022 di mana jumlah investor pasar modal menembus 7,75 juta investor.
Pemimpin Divisi Wealth Management BNI Henny Eugenia membeberkan berbagai alasan mengapa masih banyak masyarakat yang terjerat investasi bodong. Di antaranya adalah iklan yang masif dan informasi yang didapatkan dari rekan terdekat.
"Karena beberapa kenalan, beberapa teman, sudah ikut dan mendapatkan return tinggi. Padahal itu cuma permulaan saja. Banyak yang memberikan testimoni bisa membeli ini, membeli itu (dari hasil investasi)," ungkap Henny dalam Power Lunch CNBC Indonesia, Selasa (29/3/2022).
Menurut dia, temuan ini mendorong minat masyarakat untuk mulai berinvestasi. Adapun ketika berinvestasi, masyarakat hanya melihat dan mengincar return tinggi tersebut.
"Padahal secara logisnya, return dan risiko berbanding seiringan. Tidak mungkin ada produk yang memberi return tinggi tanpa mengandung risiko," papar Henny.
Agar menciptakan iklim investasi yang sehat, dia juga mengimbau para calon investor untuk lebih waspada terhadap para penyelenggara investasi. Salah satunya yang harus dipastikan adalah terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Hal tersebut kadang-kadang terabaikan. Namun dengan adanya kejadian ini, mari kita lihat setiap ada penawaran sudah terdaftar dan diawasi OJK. Itu tentunya untuk melindungi kita juga," ujar Henny.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, bahwa saat ini pihaknya telah melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai investasi. Tak hanya kepada nasabah BNI Emerald, sosialisasi diberikan kepada masyarakat. Dalam hal ini, BNI Emerald bekerja sama dengan Manajer Investasi (MI) dan para regulator terkait.
"Kami melakukan edukasi tidak hanya produk bersifat agresif. Tapi start dari yang sifatnya konservatif seperti ORI, sukuk, dan mungkin yang lebih agresif reksa dana saham," pungkas Henny.
(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada Penipuan, Ini Jurus Jitu Kelola Investasi Aman