
Reksa Dana Kamu Cuan atau Boncos? Cek di Sini, Gan...

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai Aktiva Bersih (NAB) industri reksa dana pada Januari 2022 turun nyaris 1% dibandingkan bulan Desember 2021. Padahal, sejak Juli 2021 NAB industri reksa dana secara konsisten bertumbuh hingga bulan Desember.
Pada bulan Januari 2022, NAB industri reksa dana tercatat Rp 574,63 triliun. Jumlah ini turun 0,92% dibandingkan NAB bulan Desember 2021 sebesar Rp 579,96 triliun.
Jika dilihat berdasarkan komposisinya, jenis reksa dana yang memiliki porsi besar terhadap NAB mayoritas turun dibandingkan Desember 2021.
Reksa dana proteksi memiliki kinerja terburuk dengan nilai NAB susut 2,2% mom menjadi Rp 102 triliun. Reksa dana jenis ini memiliki porsi 18% terhadap total NAB.
Turunnya reksa dana proteksi ada hubungannya terhadap pajak obligasi yang turun menjadi 10% dari sebelumnya 15% yang disahkan pada tahun 2021. Ditambah pajak reksa dana proteksi yang sebelumnya 5% naik menjadi 10%.
Hal tersebut membuat daya tarik reksa dana proteksi mulai berkurang. Sebab reksa dana proteksi menempatkan 70-100% asetnya di obligasi.
Kemudian, NAB reksa dana jenis pendapatan tetap turun 1,77% mom menjadi Rp 154 triliun pada bulan Januari 2022. Porsi reksa dana jenis ini sebesar 26,9% terhadap total NAB.
Berikutnya, reksa dana saham turun 1,85% mom menjadi Rp 132 triliun. Porsi reksa dana jenis ini sebesar 23% terhadap total NAB.
Hanya reksa dana pasar uang yang mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 1,22% mom. Nilai NAB reksa dana jenis ini tercatat Rp 112 triliun dan berperan sebesar 19,6% terhadap total NAB pada bulan Januari 2022.
Di luar keempat jenis tersebut, reksa dana jenis lain seperti reksa dana global dan ETF masing-masing tumbuh 0,78% mom menjadi Rp 9,11 triliun dan 4,11% mom menjadi Rp 15,37 triliun.
Reksa dana indeks juga mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,49% mom menjadi Rp 9,1 triliun. Sementara itu, reksa dana sukuk mencatatkan pertumbuhan jumbo sebesar 13,1% mom, menjadi Rp 2,8 triliun.
Sayangnya, reksa dana campuran pertumbuhannya melorot 0,6% menjadi Rp 26,2 triliun.
Terlepas tari penurunan NAB bulan Januari, reksa dana masih menjadi pilihan menarik untuk melakukan diversifikasi aset. Selain itu, kinerja NAB reksa dana pada bulan Februari pun berpotensi naik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di atas ekspektasi yang menunjukkan bahwa ekonomi mulai pulih diharapkan menarik investor.
Kinerja positif IHSG yang solid hingga pertengahan bulan Februari bisa jadi pendorong kinerja NAB terutama dari reksa dana saham. Terlebih lagi IHSG berhasil mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa. Perkembangan penyebaran Covid-19 patut diperhatikan karena jadi risiko tersendiri bagi kinerja reksa dana.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cuan 41%! 10 Reksa Dana Saham Dengan Imbal Hasil Tertinggi