
Buat Newbie, Mau Lirik Saham IPO? Ini Cara & Keuntungannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Minat masyarakat berinvestasi di pasar saham semakin tinggi. Hingga Januari 2020 Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sudah ada 4 juta Single Investor Identification (SID).
Khusus untuk investor saham, BEI menyampaikan penambahan jumlah investor baru di sepanjang 2020 tumbuh 53,47% atau 590.658 SID baru dibandingkan investor pada 2019. Hingga akhir 2020 total jumlah rekening saham telah mencapai 1.695.268 SID.
Penambahan investor baru pada 2020 secara signifikan didominasi oleh kaum milenial dengan rentang usia 18-30 tahun yang mencapai 411.480 SID atau 70% dari total investor baru tahun 2020.
Kalangan pelaku pasar menyebut investor baru ini dengan istilah 'investor angkatan corona'. Antusiasme para investor baru ini seharusnya tetap dijaga, sembari memberikan pemahaman atau edukasi yang lebih intensif.
Salah satu tema yang mungkin menarik buat para invetor milenial adalah, pelajaran berinvestasi di saham-saham yang dijual di pasar perdana atau yang biasa disebuat saham IPO (initial public offering).
Banyak investor pemula yang belum tahu cara membeli saham IPO. Lalu ada pula yang bertanya, bagaimana menghitung valuasi sahamnya agar tidak terjebak pada saham dari perusahaan yang tidak berfundamental baik.
Menanggapi hal ini, Head of Research NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar, mengatakan berinvestasi di saham IPO punya beberapa keuntungan karena harga sahamnya bisa lebih atraktif. Apa saja?
Pertama, saham IPO dinilai belum memiliki harga yang terbentuk dengan stabil, sehingga kemungkinannya untuk mencapai ARA atau Auto Reject Atas masih sangat tinggi dan mampu membawa cuan yang cukup menarik bagi investor.
"Kalau pergerakan saham IPO di hari awal (saat pencatatan perdana di BEI) berpotensi meningkat signifikan apalagi kita tahu hari pertama batas auto rejectnya bisa sampai 2 kali lipat dua kali dari batas auto reject normal jadi potensi untungnya jadi cukup tinggi," katanya.
Selain itu, saham IPO ini menarik untuk dibeli para investor yang berpikir bahwa bisnis yang dijalankan emiten ini bersifat jangka panjang dan nantinya mampu mencapai harga yang ratusan kali lipat dari harga penawaran pertama.
"Kedua, bila kita tanyakan berapa yang reward ya tentu saja perusahaan dulunya pernah IPO dan tentu kalau kita dapat perusahaan bagus tentu akan jauh lebih menarik seperti banyak cerita seperti saham seperti Unilever sampai ratusan kali lipat apalagi kalau kita yakin perusahaannya bagus untuk time frame yang panjang," tambahnya.
Lalu bagaimana mendapatkan saham IPO?
Ini pertanyaan yang banyak dikemukakan. Pemesanan saham IPO dapat dilakukan di perusahaan sekuritas yang menjadi penjamin emisi atau underwriter perusahaan yang melepas saham di BEI.
Biasanya pesanan tersebut dilakukan dengan sistem penjatahan, ada yang dikenal dengan isitilah penjatahan pasti (fixed allotment) dan penjatahan terpusat (pooling allotment).
Berdasarkan Peraturan No IX.A.7, penjatahan pasti ialah mekanisme penjatahan efek yang dilakukan dengan cara memberikan alokasi efek kepada pemesan sesuai dengan jumlah pemesanan dalam formulir pemesanan efek.
Adapun penjatahan terpusat adalah mekanisme penjatahan efek yang dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh pemesanan efek (pooling) dan kemudian dijatahkan sesuai dengan prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan tersebut.
Jika setelah dilakukan alokasi untuk penjatahan pasti, ternyata masih sisa efek yang jumlahnya lebih kecil dari jumlah yang dipesan, maka penjatahan harus mengikuti ketentuan yaitu secara proporsional untuk efek yang tidak dicatatkan di bursa efek atau dengan cara diundi untuk efek yang dicatatkan di bursa efek.
Anggaraksa mengatakan, tidak semua investor ritel bisa kebagian saham IPO. Emiten cenderung memiliki target dana yang masuk dan itu tidak hanya dihimpun dari sekelompok investor saja.
"Bisa kita mengerti dulu bahwa memang ada target dana dari perusahan yang mau dihimpun dan investor ritel tidak hanya menjadi target investor yang mau dihimpun tentunya juga ada investor besar," jelas Anggaraksa.
Ia menyatakan bahwa sebenarnya sudah ada penjatahan, namun dalam kebanyakan kasus dengan sistem penjatahan ini investor tidak mendapatkan seluruh saham yang dipesan.
"Kalau kelebihan pesanan ya jalan keluarnya adalah kita nggak dapet saham sesuai pesanan alias sesuai proporsi. Makanya akhirnya jangan kaget kalau investor hanya dapat sebagian kecil yang didapatkan dibanding pesanan karena kita juga berebut."
Bila ketinggalan dalam menyerok saham IPO ini, Angga memberikan tips untuk lebih bersabar lagi menunggu untuk membeli saham yang baru listing ini. Hal ini didasari dengan lebih banyaknya informasi yang akan didapat mengenai perusahaan sehingga memudahkan analisa para investor.
"Saya rasa gak ada salahnya kalau kita mau hati-hati tunggu harga stabil dan terbentuk. Kalau misalkan kita bersabar kita dapat info lebih banyak secara periode waktu juga bisa kita Analisa lebih memadai kan kalau kita buru-buru beli kita hanya dapat info laporan performa keuangan sebelum IPO nah kalau kita sabar misal satu kuartal lagi saat perusahaan rata-rata publish laporan keuangan nah disitu kan bisa kita lihat perusahaan ini setelah IPO kinerjanya gimana." Tambahnya.
Namun ia juga mengakui hal ini ia kembalikan kepada masing-masing investor.
"Saya sarankan untuk investor risk averse untuk sabar dahulu hingga harga cenderung stabil tapi memang ada juga tipe investor risk taker ya saya rasa tidak ada salahnya namun tentu harus ada mindset high risk high gain."
Jadi bagaimana sobat cuan? Tertarik beli saham IPO?
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Serok Saham IPO BUMN? Amalkan 3 Jurus Ini Sebelum Masuk