
Investor Bakal Happy, Harga Emas Diprediksi Tembus Rp 2 Juta
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
25 April 2020 17:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Mewabahnya virus Corona atau Covid-19 membuat banyak orang memilih berinvestasi yang aman terutama emas. Emas menjadi pilihan saat pasar keuangan dunia mengalami tekanan karena virus tersebut.
Apalagi Dana Moneter Internasional (IMF) beberapa pekan lalu telah merilis sebuah laporan yang memperkirakan dampak dari pandemi COVID-19 akan menyeret perekonomian global ke dalam resesi yang dalam. IMF memprediksi output perekonomian global akan mengalami kontraksi sebesar 3% di tahun ini.
Dalam kondisi ini, emas yang diyakini sebagai aset lindung nilai (hedge) akan laris manis diboyong oleh pembelinya. Oleh karenannya harga emas diprediksi akan terus mencetak rekor tertinggi baru.
Pada Jumat (24/4/2020) logam mulia emas di pasar spot dihargai US$ 1.723,27/troy ons. Sehari sebelumnya harga emas ditutup di level US$ 1.731,33/troy ons.
Artinya harga emas tergelincir 0,47%. Ada indikasi profit taking mengingat harga emas baru saja menyentuh level tertinggi barunya. Walau tergelincir harga bullion masih berada di level tertingginya dalam 7,5 tahun.
Kondisi ini membuat banyak yang meramal harga emas akan kembali merangkak mencetak rekor tertinggi yang besar akibat penyebaran Covid-19 saat ini.
Harga emas diramal oleh Bank of America (BofA) bisa menyentuh level US$ 3.000 per ons troy dalam periode 12-18 bulan ke depan.
Bahkan ada yang meramal lebih gila lagi. Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi dalam jangka panjang emas akan di atas US$ 4.000/troy ons atau sekitar Rp 2 juta/gram (kurs: Rp 15.500/US$).
Semua memang sedang melihat outlook bullish pada harga emas. Dalam sebuah laporan yang berjudul "The Fed Can't Print Gold", BofA menjelaskan alasan dibalik outlook bullish-nya terhadap logam mulia emas di tahun ini.
"Karena output perekonomian terkontraksi tajam, pengeluaran fiskal melonjak, dan neraca bank sentral berlipat ganda, mata uang fiat bisa berada di bawah tekanan," kondisi ini akan memicu investor untuk beralih ke emas sehingga permintaannya naik dan harga melambung tinggi.
(dob/dob) Next Article Lega! Harga Emas Antam Hari Ini Bisa Naik Rp 3.000/gram
Apalagi Dana Moneter Internasional (IMF) beberapa pekan lalu telah merilis sebuah laporan yang memperkirakan dampak dari pandemi COVID-19 akan menyeret perekonomian global ke dalam resesi yang dalam. IMF memprediksi output perekonomian global akan mengalami kontraksi sebesar 3% di tahun ini.
Dalam kondisi ini, emas yang diyakini sebagai aset lindung nilai (hedge) akan laris manis diboyong oleh pembelinya. Oleh karenannya harga emas diprediksi akan terus mencetak rekor tertinggi baru.
Artinya harga emas tergelincir 0,47%. Ada indikasi profit taking mengingat harga emas baru saja menyentuh level tertinggi barunya. Walau tergelincir harga bullion masih berada di level tertingginya dalam 7,5 tahun.
Kondisi ini membuat banyak yang meramal harga emas akan kembali merangkak mencetak rekor tertinggi yang besar akibat penyebaran Covid-19 saat ini.
Harga emas diramal oleh Bank of America (BofA) bisa menyentuh level US$ 3.000 per ons troy dalam periode 12-18 bulan ke depan.
Bahkan ada yang meramal lebih gila lagi. Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi dalam jangka panjang emas akan di atas US$ 4.000/troy ons atau sekitar Rp 2 juta/gram (kurs: Rp 15.500/US$).
Semua memang sedang melihat outlook bullish pada harga emas. Dalam sebuah laporan yang berjudul "The Fed Can't Print Gold", BofA menjelaskan alasan dibalik outlook bullish-nya terhadap logam mulia emas di tahun ini.
"Karena output perekonomian terkontraksi tajam, pengeluaran fiskal melonjak, dan neraca bank sentral berlipat ganda, mata uang fiat bisa berada di bawah tekanan," kondisi ini akan memicu investor untuk beralih ke emas sehingga permintaannya naik dan harga melambung tinggi.
(dob/dob) Next Article Lega! Harga Emas Antam Hari Ini Bisa Naik Rp 3.000/gram
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular