
Terbitkan EBA & Private Placement, Bukopin Raih Rp 1,3 T
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 September 2019 19:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Efek beragun aset (EBA) pertama yang memiliki aset dasar kredit pensiunan di bank akan dicatatkan pertama kalinya di pasar modal besok, dengan nilai penawaran kepada investor Rp 480,4 miliar dengan nilai total kredit yang dialihkan Rp 1,3 triliun.
Keterbukaan informasi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan produk dengan nama EBA Bahana Bukopin - Kumpulan Tagihan Kredit Pensiunan Yang Dialihkan Kelas A1 (EBA Kelas A1) tersebut merupakan hasil sekuritisasi dari originator kredit pensiunan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) yang ditawarkan dengan kupon tahunan 9,25%.
Direktur Keuangan Bank Bukopin Rachmat Kaimuddin mengatakan tujuan dari penerbitan EBA ini untuk diversifikasi sumber likuiditas utama dari perseroan. "Untuk EBA ini kami sudah dapat insentif pajak baru," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/9/2019).
Insentif pajak yang dimaksud adalah Pajak penghasilan untuk bunga EBA ditetapkan sebesar 5% hingga 2020. Sebelumnya pajak untuk bunga EBA ditetapkan sebesar 15% untuk wajib pajak dalam negeri.
Hasil sekuritisasi yang mendapatkan peringkat idAAA itu dibentuk kontrak investasi kolektif (KIK) oleh PT Bahana TCW Investment Management sebagai manajer investasi dengan PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) sebagai kustodian.
Produk itu memiliki tenor 3 tahun di mana kuponnya akan dibayarkan setiap 3 bulan sekali hingga jatuh tempo pada 4 September 2022. Produk itu sudah melalui proses penawaran hingga 3 September dan didistribusikan kepada investor mulai hari ini, serta akan dicatatkan di bursa mulai besok.
Produk tersebut berasal dari kumpulan tagihan kredit pensiunan yang dialihkan dan terdiri dari tagihan pokok pinjaman selama 7 tahun senilai Rp 750 miliar dan tagihan cicilan selama 7 tahun senilai Rp 1,3 triliun.
"Jadi dana yang masuk ke Bukopin itu Rp 1,3 triliun. Terdiri dari EBA dan sisanya private placement," ujar Rachmat.
EBA yang memanfaatkan kredit pensiunan tersebut merupakan yang pertama di dalam negeri, di mana mayoritas produk serupa sebelumnya menggunakan KPR sebagai aset dasar, baik dalam bentuk KIK EBA maupun EBA-surat partisipasi (SP).
Selain KPR, EBA lain yang sudah terbit dan dicatatkan di bursa baru memanfaatkan pendapatan masa depan dari jalan tol (EBA Mandiri-Jasa Marga 1-SB Hak Atas Pendapatan Tol Jagorawi Kelas A) dan piutang usaha jasa kelistrikan (EBA Danareksa-Indonesia Power PLN Piutang Usaha Kelas A).
EBA jenis lain pernah dibuat berdasarkan aset dasar pendapatan masa depan dari penjualan tiket pesawat (EBA Mandiri-GIAA 01 SB Hak Pendapatan Penjualan Tiket Kelas A).
Catatan KSEI menunjukkan saat ini tercatat Rp 7,94 triliun EBA yang masih tercatat dan belum jatuh tempo dari berbagai macam jenis. Skema KIK-EBA memungkinkan aset tidak lancar disekuritisasi menjadi aset lancar sehingga dapat memberikan dana di awal bagi originatornya, atau pihak awal yang memiliki aset tidak lancar tersebut.
KIK-EBA dimungkinkan dibentuk dari aset keuangan dari mulai piutang kredit hingga pendapatan di masa depan, terutama bagi lembaga keuangan yang memiliki batas utang yang sudah tinggi sehingga dapat memperoleh dana tanpa menambah beban utang (leverage).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv)
Keterbukaan informasi PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan produk dengan nama EBA Bahana Bukopin - Kumpulan Tagihan Kredit Pensiunan Yang Dialihkan Kelas A1 (EBA Kelas A1) tersebut merupakan hasil sekuritisasi dari originator kredit pensiunan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) yang ditawarkan dengan kupon tahunan 9,25%.
Direktur Keuangan Bank Bukopin Rachmat Kaimuddin mengatakan tujuan dari penerbitan EBA ini untuk diversifikasi sumber likuiditas utama dari perseroan. "Untuk EBA ini kami sudah dapat insentif pajak baru," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/9/2019).
Insentif pajak yang dimaksud adalah Pajak penghasilan untuk bunga EBA ditetapkan sebesar 5% hingga 2020. Sebelumnya pajak untuk bunga EBA ditetapkan sebesar 15% untuk wajib pajak dalam negeri.
Hasil sekuritisasi yang mendapatkan peringkat idAAA itu dibentuk kontrak investasi kolektif (KIK) oleh PT Bahana TCW Investment Management sebagai manajer investasi dengan PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) sebagai kustodian.
Produk itu memiliki tenor 3 tahun di mana kuponnya akan dibayarkan setiap 3 bulan sekali hingga jatuh tempo pada 4 September 2022. Produk itu sudah melalui proses penawaran hingga 3 September dan didistribusikan kepada investor mulai hari ini, serta akan dicatatkan di bursa mulai besok.
Produk tersebut berasal dari kumpulan tagihan kredit pensiunan yang dialihkan dan terdiri dari tagihan pokok pinjaman selama 7 tahun senilai Rp 750 miliar dan tagihan cicilan selama 7 tahun senilai Rp 1,3 triliun.
"Jadi dana yang masuk ke Bukopin itu Rp 1,3 triliun. Terdiri dari EBA dan sisanya private placement," ujar Rachmat.
EBA yang memanfaatkan kredit pensiunan tersebut merupakan yang pertama di dalam negeri, di mana mayoritas produk serupa sebelumnya menggunakan KPR sebagai aset dasar, baik dalam bentuk KIK EBA maupun EBA-surat partisipasi (SP).
Selain KPR, EBA lain yang sudah terbit dan dicatatkan di bursa baru memanfaatkan pendapatan masa depan dari jalan tol (EBA Mandiri-Jasa Marga 1-SB Hak Atas Pendapatan Tol Jagorawi Kelas A) dan piutang usaha jasa kelistrikan (EBA Danareksa-Indonesia Power PLN Piutang Usaha Kelas A).
EBA jenis lain pernah dibuat berdasarkan aset dasar pendapatan masa depan dari penjualan tiket pesawat (EBA Mandiri-GIAA 01 SB Hak Pendapatan Penjualan Tiket Kelas A).
Catatan KSEI menunjukkan saat ini tercatat Rp 7,94 triliun EBA yang masih tercatat dan belum jatuh tempo dari berbagai macam jenis. Skema KIK-EBA memungkinkan aset tidak lancar disekuritisasi menjadi aset lancar sehingga dapat memberikan dana di awal bagi originatornya, atau pihak awal yang memiliki aset tidak lancar tersebut.
KIK-EBA dimungkinkan dibentuk dari aset keuangan dari mulai piutang kredit hingga pendapatan di masa depan, terutama bagi lembaga keuangan yang memiliki batas utang yang sudah tinggi sehingga dapat memperoleh dana tanpa menambah beban utang (leverage).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv)
Most Popular