Waspada! Harga Emas Antam Diprediksi Segera Balik Arah

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
01 July 2019 18:16
Naiknya harga emas Antam diprediksi terhenti dan berpotensi berbalik melemah dalam jangka pendek.
Foto: Bazzar emas di kantor pusat pegadaian, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat (28/6/2019). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Naiknya harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diprediksi akan terhenti dan berpotensi berbalik melemah dalam jangka pendek, meskipun masih berpotensi memiliki tren penguatan (bullish) dalam jangka panjang.

Prediksi tersebut didasari oleh analisis terhadap prediksi pergerakan harga emas di pasar spot global, yang lumrah menjadi acuan utama terhadap pergerakan harga emas Antam. 

Saat ini, data situs resmi Logammulia Antam menunjukkan harga emas Antam mulai meninggalkan level psikologis Rp 660.000 per gram, tepatnya ke Rp 650.000 per gram untuk tipe acuan 100 gram. Posisi tertinggi emas Antam sempat sampai mendaki hingga Rp 662.000 per 28 Juni, dari posisi akhir 2018 Rp 616.000 per gram. 

Sebagai acuan, harga emas di pasar spot diprediksi bisa turun hingga US$ 1.364 per troy ounce jika dolar AS menguat, meskipun untuk periode jangka menengah-panjang justru diprediksi akan menguat kembali. 

Hari ini (1/7/19), harga emas di pasar spot masih berada di US$ 1.387 per troy ounce, mulai melemah signifikan dari level psikologis US$ 1.400 per troy ounce, tepatnya posisi akhir pekan lalu US$ 1.409,1 per troy ounce. 

Iskandar Husin, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI), memprediksi bahwa dalam waktu pendek harga emas akan terkoreksi yang dipicu hasil positif Presiden AS Donald Trump dalam mengejar beberapa kesepakatan sekaligus.

Di pertemuan G20 akhir pekan kemarin, serta setelah acara resmi, Trump berhasil melakukan negosiasi dengan China dan dengan Korea Utara. 

Kondisi tersebut membuat sentimen di pasar keuangan global sumringah dan membuat harga emas yang naik mendadak akhirnya turun mendadak pula. 

"Memang naiknya dalam waktu singkat sekali, jadi memang koreksi wajar saja [menyusul kenaikan tajam itu]. Seyogyanya harusnya [kenaikan harga emas] stabil, pelan-pelan, maka nanti koreksinya juga [akan perlahan]," ujarnya ketika dihubungi sore ini.  

Meskipun demikian, dia memprediksi dalam kacamata jangka panjang, instrumen emas masih menjadi salah satu wahana investasi yang dapat menguat.  

Salah satu penyebab utamanya adalah tidak ada dalam sejarahnya harga emas terkoreksi dalam beberapa tahun secara berurutan. 

Dia juga menyarankan bagi investor yang masih memiliki instrumen investasi emas agar tidak terburu nafsu menjual portofolionya ketika harga emas naik drastis seperti beberapa hari terakhir maupun ketika turun drastis seperti sekarang. 

Menurut dia, emas adalah instrumen jangka panjang yang seharusnya dijual ketika butuh saja, dan semakin lama harganya semakin meningkat.  

Apalagi, saat ini emas belum ada penggantinya sehingga harganya akan naik seiring dengan menipisnya cadangan emas di dunia karena semakin banyak dimanfaatkan. 

Selain itu, dia menilai selisih harga beli dan jual emas batangan di pasar yang sangat lebar, mencapai Rp 5 juta per kilogram seharusnya dapat diminimalisir jika pengenaan pajak untuk penjualan emas tidak lagi diberlakukan. 

"Sebaiknya pajak itu dikenakan dengan skema yang mudah misalnya ketika impor saja, bukan dalam tiap transaksi, sehingga tidak menyulitkan pembeli emas ritel, terlebih seharusnya kedudukan emas yang setara dengan mata uang membuatnya tidak dipajaki lagi setiap jual beli." 

Langkah itu, lanjut Iskandar, dapat membuat masyarakat kembali lebih meminati investasi emas dibandingkan membeli valas seperti dolar AS serta dapat memperkuat cadangan devisa domestik.

Franky Nangoi, Market Strategist dari pialang berjangka Fullerton Markets, menilai potensi bergerak ke bawahnya emas global disebabkan oleh terbukanya potensi penguatan dolar AS, yang dipicu hasil positif Presiden AS Donald Trump dalam mengejar kesepakatan di pertemuan G20 kemarin. 

"Jika memang ternyata dolar AS mampu melanjutkan kekuatannya maka [berdasarkan analisis teknikal] potensi XAU (spot emas) ke US$ 1.364 terbuka sangat lebar," ujarnya dalam riset pagi ini (1/7/19). 

Meskipun secara jangka pendek berpotensi turun, secara jangka panjang harga emas diprediksi Franky akan berusaha menguat ke level US$ 1.431 per troy ounce-US$ 1.477 per troy ounce. Penguatan itu berarti akan ada potensi penguatan sebesar 3,17%-6,49% dari level sekarang. 

Sejak awal tahun, harga emas Antam sudah menguat 5,52% atau Rp 34.000 per gram menjadi Rp 650.000 per gram akhir Juni dari Rp 616.000 per gram, sedangkan harga emas di pasar spot global sudah naik 9,85% atau US$ 126,28 menjadi US$ 1.409,01 per troy ounce dari US$ 1.282,73 per troy ounce.  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article Mepet Rp1,4 Juta, Emas Antam Naik Rp1000 Hari Ini!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular