Bibit, Robot Reksa Dana yang Mengincar 200.000 Milenial
09 February 2019 13:24

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bibit Tumbuh Bersama, platform penjual reksa dana yang baru diluncurkan 2 pekan, menargetkan dapat menggandeng 100.000-200.000 nasabah hingga akhir tahun ini.
Wellson Lo, Chief Executive Officer (CEO) Bibit, menyatakan optimistis target tersebut dapat tercapai karena perusahaan mengedepankan mekanisme otomatis seperti robot sebagai penasehat investasi pada reksa dana, tidak hanya sebagai supermarket reksa dana.
"Robot itu mengadopsi teori manajemen portofolio Markowitz, yang memenangkan hadiah Nobel pada 1990, sehingga sudah teruji," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/2/19).
Selain itu, tuturnya, ceruk pasar reksa dana masih sangat besar mengingat saat ini penduduk Indonesia yang berpenghasilan di atas US$ 15.000 per tahun ada sekitar 10 juta orang, dan saat ini yang melek investasi baru 1 juta orang.
Dari 2 pekan pertama peluncuran aplikasi Bibit, menurutnya perseroan sudah mendapatkan pembukaan rekening dari sekitar 5.000 orang.
Wellson mengatakan perusahaan sangat mengutamakan desain, pengalaman pelanggan, kemudahan, kesederhanaan, dan kekinian untuk menyasar masyarakat yang masih awam dengan investasi, terutama generasi milenial.
Menurut dia, platform investasi di aplikasi Bibit yang fokus pada aplikasi di gawai ponsel pintar tersebut fokus pada pasar generasi milenial.
Dia menilai generasi sekarang tidak ingin direpotkan dengan pembukaan rekening yang rumit dan bertele-tele dan proses investasi yang sangat memakan waktu.
Terkait produk investasi, saat ini perusahaan sudah bekerja sama dengan 10 manajer investasi dan berniat merangkul sebanyak-banyaknya fund manager.
Dengan kesederhanaan desain dan penggunaan, Wellson mengatakan perseroan juga menyasar hampir semua kelompok masyarakat yang saat ini sudah berkeinginan berinvestasi tetapi masih belum menemukan platform yang paling sesuai.
Kesesuaian itu, turutnya, dipenuhi perusahaan dengan sifat platfomnya yang sangat personal karena dapat mengenali horizon investasi dan kebutuhan investasi dari penggunanya, sehingga setiap nasabah akan mendapatkan arahan investasi yang berbeda dan terpersonalisasi (taylor made).
Selain itu, dengan mengadopsi semangat inklusi agar semua orang dapat berinvestasi, perseroan juga membuka peluang investasi reksa dana dengan dana awal minimal Rp 10.000 per pembelian, sehingga lebih terjangkau bagi setiap orang.
"Meskipun belum semua, kami inginnya semua reksa dana yang dijual melalui Bibit minimal pembeliannya Rp 10.000, dan fee pembelian tidak ada."
Bibit baru diakuisisi Wellson dan tim Stockbit pada Oktober 2018, setelah sebelumnya mengantongi izin sebagai agen penjual reksa dana berbasis fintech dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2017.
Sebelumnya, pengembang Bibit adalah Juvenco Pelupessy, William Anwar, Hendy Djuarto, dan Harry Dinata serta didukung oleh pemodal utama (angel investor) Christopher Angkasa.
Saat ini aplikasi informasi dan transaksi saham Stockbit yang juga dipimpin Wellson yang sudah berumur 5 tahun sudah mengembangkan sayap hingga Malaysia.
(irv/tas)
Wellson Lo, Chief Executive Officer (CEO) Bibit, menyatakan optimistis target tersebut dapat tercapai karena perusahaan mengedepankan mekanisme otomatis seperti robot sebagai penasehat investasi pada reksa dana, tidak hanya sebagai supermarket reksa dana.
"Robot itu mengadopsi teori manajemen portofolio Markowitz, yang memenangkan hadiah Nobel pada 1990, sehingga sudah teruji," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (8/2/19).
Selain itu, tuturnya, ceruk pasar reksa dana masih sangat besar mengingat saat ini penduduk Indonesia yang berpenghasilan di atas US$ 15.000 per tahun ada sekitar 10 juta orang, dan saat ini yang melek investasi baru 1 juta orang.
Dari 2 pekan pertama peluncuran aplikasi Bibit, menurutnya perseroan sudah mendapatkan pembukaan rekening dari sekitar 5.000 orang.
Wellson mengatakan perusahaan sangat mengutamakan desain, pengalaman pelanggan, kemudahan, kesederhanaan, dan kekinian untuk menyasar masyarakat yang masih awam dengan investasi, terutama generasi milenial.
Menurut dia, platform investasi di aplikasi Bibit yang fokus pada aplikasi di gawai ponsel pintar tersebut fokus pada pasar generasi milenial.
Dia menilai generasi sekarang tidak ingin direpotkan dengan pembukaan rekening yang rumit dan bertele-tele dan proses investasi yang sangat memakan waktu.
Terkait produk investasi, saat ini perusahaan sudah bekerja sama dengan 10 manajer investasi dan berniat merangkul sebanyak-banyaknya fund manager.
Dengan kesederhanaan desain dan penggunaan, Wellson mengatakan perseroan juga menyasar hampir semua kelompok masyarakat yang saat ini sudah berkeinginan berinvestasi tetapi masih belum menemukan platform yang paling sesuai.
Kesesuaian itu, turutnya, dipenuhi perusahaan dengan sifat platfomnya yang sangat personal karena dapat mengenali horizon investasi dan kebutuhan investasi dari penggunanya, sehingga setiap nasabah akan mendapatkan arahan investasi yang berbeda dan terpersonalisasi (taylor made).
Selain itu, dengan mengadopsi semangat inklusi agar semua orang dapat berinvestasi, perseroan juga membuka peluang investasi reksa dana dengan dana awal minimal Rp 10.000 per pembelian, sehingga lebih terjangkau bagi setiap orang.
"Meskipun belum semua, kami inginnya semua reksa dana yang dijual melalui Bibit minimal pembeliannya Rp 10.000, dan fee pembelian tidak ada."
Bibit baru diakuisisi Wellson dan tim Stockbit pada Oktober 2018, setelah sebelumnya mengantongi izin sebagai agen penjual reksa dana berbasis fintech dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2017.
Sebelumnya, pengembang Bibit adalah Juvenco Pelupessy, William Anwar, Hendy Djuarto, dan Harry Dinata serta didukung oleh pemodal utama (angel investor) Christopher Angkasa.
Saat ini aplikasi informasi dan transaksi saham Stockbit yang juga dipimpin Wellson yang sudah berumur 5 tahun sudah mengembangkan sayap hingga Malaysia.
Artikel Selanjutnya
Wah Keren! Beli SBN Sekarang Bisa Lewat Aplikasi Bibit
(irv/tas)