
Tips Investasi Saham
Jangan Takut, Waren Buffett Juga Pernah Salah Berinvestasi
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 June 2018 20:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Padangan awam mungkin menganggap investor besar yang sukses tidak pernah salah dalam melakukan investasi.
"Tapi nyatanya yang terjadi tidak seperti itu," ungkap Michael Batnick, Direktur Penelitian di Ritholtz Wealth Management seperti dilansir dari CNBC.
Dalam buku barunya yang berjudul "Big Mistakes: The Best Investors and Their Worst Investments" Batnick berbagi pelajaran penting dan contoh-contoh investor legendaris yang mengalami jatuh bangun kehilangan uang atau merugi seperti Warren Buffett, Stanley Druckenmiller, dan Michael Steinhardt.
Buffett mungkin adalah investor paling terkenal dari mereka semua. Rekam jejak investor ini tak tertandingi.
Dari 1965 hingga 2017, kenaikan nilai pasar Berkshire Hathaway menghasilkan imbal hasil tahunan 20,9% dibandingkan dengan S&P 500 yang hanya 9,9%, hal itu menghasilkan keuntungan kumulatif 2.404.748% dibandingkan dengan pengembalian pasar yang hanya 15.508%.
Bahkan, the Oracle of Omaha ini telah membuat keputusan investasi yang buruk. Batnick menulis bagaimana tindakan keliru Buffet mengakuisisi 12% saham di US Air sebesar US$ 358 juta (Rp 4,98 triliun) pada 1990, kemudian harnya turun sebesar 76% dalam beberapa tahun.
Namun kekeliruan atau kesalahan tersebut akhirnya bisa pulih, memudar dibandingkan dengan kerugian terkait investasi di Dexter Shoes.
Buffett membeli perusahaan sepatu senilai US$ 433 juta saham (Rp 6,03 triliun) Berkshire Hathaway pada 1993, dengan total sekitar 25.200 saham. Dexter akhirnya akan bernilai nol, dan membebani investor hampir US$ 6 miliar (Rp 83,58 triliun) pada nilai keekonomian karena apresiasi saham Berkshire Hathaway, menurut Batnick.
Penulis mengutip Tren Griffin yang menulis, "Dalam melakukan due-diligence untuk Dexter Shoes, Buffett dan Munger membuat kesalahan dengan tidak memastikan bisnis memiliki parit dan yang terlalu fokus pada apa yang mereka pikir adalah harga pembelian yang menarik."
Batnick investor legendaris Druckenmiller juga melakukan kesalahan dengan sangat emosional berinvestasi pada saham dotcom yang bernilai US$ 3 miliar (Rp 41,79 triliun) ketika bisnis teknologi merebak.
Miliarder yang juga CEO dari kelompok usaha Keluarga Duquesne. Rekam jejak hedge fund-nya juga menakjubkan, menghasilkan imbal hasil tahunan sebesar 30% selama tiga dekade selama karier investasinya.
Pada 2000 Druckenmiller mencoba game high-beta, teknologi high-flyer dan kalah. Seperti yang disampaikannya dalam the Lost Tree Club di Januari 2015.
"Jadi sekitar Maret (2000) saya bisa merasakannya datang. Saya hanya harus bermain. Saya tidak bisa menahan diri. Saya pikir saya merindukan berada di puncak selama satu jam. Saya membeli saham teknologi senilai US$ 6 miliar, dan dalam enam minggu saya meninggalkan Soros, saya telah kehilangan US$ 3 miliar dalam satu permainan itu," kata Druckenmiller.
Batnick menunjukkan yang terbaik, manajer dana yang paling sukses sekalipun semua telah membuat kesalahan analitis atau impulsif besar. Pelajaran kuncinya adalah investor perlu belajar dari pengalaman buruk mereka.
"Lain kali Anda mengambil kerugian besar atau menjual terlalu dini atau mencoba berinvestasi kembali, ingat, kita semua pernah ada di sana. Perbedaan antara orang normal dan investor terbaik adalah bahwa orang-orang hebat belajar dan tumbuh dari kesalahan mereka, sementara orang-orang normal diatur kembali oleh mereka," tulis Batnick di akhir bukunya.
(hps) Next Article Mengenal Lebih Dekat Investasi Saham
"Tapi nyatanya yang terjadi tidak seperti itu," ungkap Michael Batnick, Direktur Penelitian di Ritholtz Wealth Management seperti dilansir dari CNBC.
Dalam buku barunya yang berjudul "Big Mistakes: The Best Investors and Their Worst Investments" Batnick berbagi pelajaran penting dan contoh-contoh investor legendaris yang mengalami jatuh bangun kehilangan uang atau merugi seperti Warren Buffett, Stanley Druckenmiller, dan Michael Steinhardt.
Dari 1965 hingga 2017, kenaikan nilai pasar Berkshire Hathaway menghasilkan imbal hasil tahunan 20,9% dibandingkan dengan S&P 500 yang hanya 9,9%, hal itu menghasilkan keuntungan kumulatif 2.404.748% dibandingkan dengan pengembalian pasar yang hanya 15.508%.
Bahkan, the Oracle of Omaha ini telah membuat keputusan investasi yang buruk. Batnick menulis bagaimana tindakan keliru Buffet mengakuisisi 12% saham di US Air sebesar US$ 358 juta (Rp 4,98 triliun) pada 1990, kemudian harnya turun sebesar 76% dalam beberapa tahun.
Namun kekeliruan atau kesalahan tersebut akhirnya bisa pulih, memudar dibandingkan dengan kerugian terkait investasi di Dexter Shoes.
Buffett membeli perusahaan sepatu senilai US$ 433 juta saham (Rp 6,03 triliun) Berkshire Hathaway pada 1993, dengan total sekitar 25.200 saham. Dexter akhirnya akan bernilai nol, dan membebani investor hampir US$ 6 miliar (Rp 83,58 triliun) pada nilai keekonomian karena apresiasi saham Berkshire Hathaway, menurut Batnick.
Penulis mengutip Tren Griffin yang menulis, "Dalam melakukan due-diligence untuk Dexter Shoes, Buffett dan Munger membuat kesalahan dengan tidak memastikan bisnis memiliki parit dan yang terlalu fokus pada apa yang mereka pikir adalah harga pembelian yang menarik."
Batnick investor legendaris Druckenmiller juga melakukan kesalahan dengan sangat emosional berinvestasi pada saham dotcom yang bernilai US$ 3 miliar (Rp 41,79 triliun) ketika bisnis teknologi merebak.
Miliarder yang juga CEO dari kelompok usaha Keluarga Duquesne. Rekam jejak hedge fund-nya juga menakjubkan, menghasilkan imbal hasil tahunan sebesar 30% selama tiga dekade selama karier investasinya.
Pada 2000 Druckenmiller mencoba game high-beta, teknologi high-flyer dan kalah. Seperti yang disampaikannya dalam the Lost Tree Club di Januari 2015.
"Jadi sekitar Maret (2000) saya bisa merasakannya datang. Saya hanya harus bermain. Saya tidak bisa menahan diri. Saya pikir saya merindukan berada di puncak selama satu jam. Saya membeli saham teknologi senilai US$ 6 miliar, dan dalam enam minggu saya meninggalkan Soros, saya telah kehilangan US$ 3 miliar dalam satu permainan itu," kata Druckenmiller.
Batnick menunjukkan yang terbaik, manajer dana yang paling sukses sekalipun semua telah membuat kesalahan analitis atau impulsif besar. Pelajaran kuncinya adalah investor perlu belajar dari pengalaman buruk mereka.
"Lain kali Anda mengambil kerugian besar atau menjual terlalu dini atau mencoba berinvestasi kembali, ingat, kita semua pernah ada di sana. Perbedaan antara orang normal dan investor terbaik adalah bahwa orang-orang hebat belajar dan tumbuh dari kesalahan mereka, sementara orang-orang normal diatur kembali oleh mereka," tulis Batnick di akhir bukunya.
(hps) Next Article Mengenal Lebih Dekat Investasi Saham
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular