Rupiah Balik Tertekan, Dolar AS Naik ke Level Rp16.780

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
Senin, 29/12/2025 15:07 WIB
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia — Nilai tukar rupiah berbalik melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan awal pekan ini, Senin (29/12/2025).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah Garuda berakhir di level Rp16.780/US$, atau melemah sekitar 0,18%. Kondisi ini berbalik arah dari pembukaan perdagangan pagi, ketika rupiah sempat dibuka menguat 0,06% ke posisi Rp16.740/US$ sebelum akhirnya tertekan hingga penutupan.

Sepanjang sesi perdagangan, rupiah bergerak dalam rentang Rp16.740-Rp16.790 per dolar AS, bahkan sempat mendekati level psikologis Rp16.800/US$.


Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB tercatat melemah tipis 0,01% ke level 98,017.

Pada perdagangan hari ini, rupiah masih gagal memanfaatkan momentum pelemahan dolar AS di pasar global dan justru berakhir melemah. Padahal, dolar AS hingga awal pekan ini masih bergerak di zona koreksi, meski data produk domestik bruto (PDB) AS pada pekan lalu tercatat lebih kuat dari perkiraan pasar, tumbuh 4,3% secara tahunan.

Data tersebut sempat membuat pasar memangkas peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pada pertemuan FOMC berikutnya dari 20% menjadi 13%. Namun, seiring perkembangan pasar, probabilitas tersebut kembali meningkat ke kisaran 18%, mencerminkan sikap investor yang tetap berhati-hati.

Tekanan terhadap dolar AS juga dipengaruhi oleh ekspektasi kebijakan moneter global yang bergerak tidak selaras. Pasar memperkirakan The Fed masih akan memangkas suku bunga sekitar 50 basis poin pada 2026, sementara Bank of Japan (BoJ) justru diproyeksikan akan menaikkan suku bunga tambahan sebesar 25 basis poin pada periode yang sama.

Dari sisi politik, pelaku pasar turut mencermati rencana Presiden Donald Trump yang akan mengumumkan kandidat Ketua The Fed baru pada awal 2026.

Sejumlah laporan media menyebut Kevin Hassett, Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS, sebagai kandidat terkuat dan dinilai sebagai figur yang cenderung dovish. Ekspektasi terhadap arah kebijakan yang lebih longgar ini ikut menambah tekanan pada dolar AS.

Namun demikian, sentimen global yang cenderung positif bagi aset berisiko belum sepenuhnya mampu dimanfaatkan rupiah pada hari ini, sehingga rupiah harus mengakhiri perdagangan di zona pelemahan.


(evw/evw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Diramal 9.000 di Akhir Tahun, Saham Ini Bisa Jadi Pilihan