MARKET DATA

Rupiah Menguat Jelang Libur Natal, Dolar AS Turun Jadi Rp16.750

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
24 December 2025 15:10
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/12/2025), menjelang libur panjang perayaan Natal 2025.

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah Garuda ditutup terapresiasi 0,09% ke posisi Rp16.750/US$. Penguatan ini melanjutkan tren positif sejak pembukaan perdagangan pagi, ketika rupiah dibuka menguat di level yang sama.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak dalam rentang Rp16.740-Rp16.755 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB tercatat melemah 0,08% ke level 97,860, melanjutkan tren pelemahan yang telah berlangsung selama dua hari berturut-turut. Pelemahan dolar AS tersebut turut memberikan ruang bagi penguatan rupiah hingga penutupan perdagangan hari ini.

Penguatan rupiah pada perdagangan terakhir pekan ini seiring dengan dorongan dari pelemahan dolar AS di pasar global. Tekanan terhadap greenback tercatat berlanjut dalam tiga sesi perdagangan terakhir, mencerminkan menurunnya minat investor terhadap aset berdenominasi dolar.

Melemahnya dolar AS terjadi seiring meningkatnya ekspektasi pasar akan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), pada tahun depan. Kendati data terbaru menunjukkan perekonomian AS masih tumbuh solid, sentimen pasar tetap mengarah pada prospek penurunan suku bunga, menyusul munculnya tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja.

Data terbaru mencatat produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal terakhir tumbuh 4,3% secara tahunan, melampaui proyeksi pasar sebesar 3,3%. Meski demikian, capaian tersebut belum cukup untuk menopang pergerakan dolar, lantaran pelaku pasar menilai fokus kebijakan The Fed ke depan akan lebih diarahkan pada menjaga momentum pertumbuhan dan stabilitas pasar tenaga kerja.

Saat ini, pasar memperkirakan peluang sekitar 87% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan akhir Januari mendatang. Di sisi lain, kontrak berjangka suku bunga AS menunjukkan bahwa pemangkasan suku bunga berikutnya baru berpotensi dilakukan pada Juni, dengan ekspektasi dua kali penurunan masing-masing 25 basis poin sepanjang 2026.

Kombinasi sentimen tersebut mendorong investor mulai melakukan rotasi portofolio, meninggalkan aset berdenominasi dolar AS dan beralih ke aset berisiko, termasuk ke emerging markets.

(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menutup Pekan Naik Tipis, Dolar AS Turun ke Rp16.625


Most Popular
Features