Dolar AS Loyo, Rupiah Dibuka Menguat ke Level Rp16.775/US$

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
Rabu, 24/12/2025 09:10 WIB
Foto: Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan terakhir pekan ini, Rabu (24/12/2025), menjelang libur perayaan Natal 2025.

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan pagi ini rupiah terapresiasi ke level Rp16.750/US$, atau menguat sebesar 0,09%. Penguatan ini terjadi setelah pada perdagangan sebelumnya rupiah ditutup stagnan di posisi Rp16.765/US$.


Sejalan dengan pergerakan rupiah, indeks dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia pada pukul 09.00 WIB masih melanjutkan tren pelemahan dengan koreksi 0,17% ke level 97,775.

Pelemahan ini menyusul tekanan yang lebih dalam pada perdagangan sebelumnya, ketika DXY turun 0,35% dan bertengger di kisaran 97,942.

Pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini mendapatkan dorongan positif dari melemahnya dolar AS di pasar global. Tekanan terhadap greenback terlihat konsisten dalam tiga hari perdagangan terakhir, mencerminkan berkurangnya minat investor terhadap aset berdenominasi dolar.

Pelemahan dolar AS terjadi di tengah meningkatnya ekspektasi pasar terhadap lanjutan pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pada tahun depan. Meski data terbaru menunjukkan ekonomi AS masih tumbuh solid, sentimen pasar tetap condong pada prospek penurunan suku bunga seiring dengan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja AS.

Data terbaru menunjukkan produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal terakhir tumbuh 4,3% secara tahunan, melampaui ekspektasi pasar sebesar 3,3%.

Namun, data tersebut belum mampu mengangkat dolar, karena pelaku pasar menilai fokus The Fed ke depan akan bergeser pada menjaga momentum pertumbuhan dan stabilitas tenaga kerja.

Saat ini, pasar memperkirakan peluang sekitar 87% bahwa The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan akhir Januari mendatang. Sementara itu, kontrak berjangka suku bunga AS mengindikasikan pemangkasan suku bunga berikutnya baru berpotensi terjadi pada Juni, dengan ekspektasi dua kali penurunan masing-masing 25 basis poin sepanjang 2026.

Kondisi tersebut mendorong investor mulai melakukan rotasi portofolio, keluar dari aset berdenominasi dolar AS dan beralih ke aset berisiko, termasuk pasar negara berkembang (emerging markets). Aliran dana ini membuka ruang bagi rupiah, di perdagangan hari ini.


(evw/evw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Diramal 9.000 di Akhir Tahun, Saham Ini Bisa Jadi Pilihan