Rupiah Ditutup Melemah, Dolar AS Tembus ke Level Rp16.735
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (19/12/2025).
Mengacu data Refinitiv, rupiah Garuda ditutup melemah di level Rp16.635/US$, atau terdepresiasi 0,15%. Pelemahan ini melanjutkan tekanan yang sudah terjadi sejak perdagangan sebelumnya, ketika rupiah ditutup menembus level psikologis Rp16.710/US$.
Level penutupan hari ini sekaligus menjadi yang terlemah sejak 18 November 2025, atau hampir dalam satu bulan terakhir. Sepanjang perdagangan, rupiah bergerak dalam rentang Rp16.700-Rp16.745/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB tercatat menguat 0,22% ke level 98,646. Penguatan ini sekaligus menandai kenaikan selama tiga hari berturut-turut sejak 17 Desember 2025, yang turut memberikan tekanan terhadap pergerakan rupiah.
Pergerakan rupiah sepanjang perdagangan Jumat (19/12/2025) dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama dinamika pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar global.
Penguatan indeks dolar AS mencerminkan meningkatnya minat pelaku pasar terhadap aset berdenominasi dolar. Kondisi ini memicu arus keluar dana dari pasar negara berkembang atau emerging markets, termasuk dari aset berdenominasi rupiah, sehingga memberikan tekanan terhadap nilai tukar Garuda.
Penguatan dolar AS tersebut masih mendapat dukungan dari data klaim pengangguran mingguan AS yang tercatat turun 13.000 menjadi 224.000, relatif sejalan dengan ekspektasi pasar di kisaran 225.000. Data tersebut memperkuat persepsi bahwa kondisi pasar tenaga kerja AS masih cukup solid, sehingga menopang pergerakan dolar.
Meski demikian, ruang penguatan dolar AS sebenarnya tertahan oleh rilis sejumlah data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan.
Inflasi AS November tercatat naik 2,7% secara tahunan, lebih rendah dari ekspektasi 3,1%, sementara inflasi inti juga melambat ke 2,6% yoy, di bawah proyeksi 3,0% dan menjadi laju kenaikan terendah dalam sekitar 4,5 tahun. Kondisi ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed masih memiliki ruang untuk melanjutkan siklus pelonggaran kebijakan moneternya.
Di sisi lain, langkah The Fed yang mulai kembali meningkatkan likuiditas turut memengaruhi dinamika pasar. Bank sentral AS telah memulai pembelian US Treasury Bills senilai US$40 miliar per bulan sejak pekan lalu, yang dipandang sebagai upaya menjaga kelonggaran likuiditas sistem keuangan.
Kombinasi sentimen tersebut membuat pergerakan dolar AS cenderung fluktuatif sepanjang hari ini, sekaligus memberikan tekanan terhadap pergerakan rupiah hingga penutupan perdagangan akhir pekan ini.
(evw/evw)