MARKET DATA

IHSG Sesi 2 Terkoreksi 0,68%, Nyaris Sentuh Level 8.500

Redaksi,  CNBC Indonesia
18 December 2025 16:37
Pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pergerakan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi dalam 59,15 poin atau turun 0,68% ke level 8.618,19 pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (18/12/2025).

Sebanyak 252 saham naik, 411 turun, dan 138 tidak bergerak. Nilai transaksi hari hari ini mencapai Rp 23,77 triliun, melibatkan 37,96 miliar saham dalam 2,75 juta kali transaksi.



Nyaris sektor perdagangan terkoreksi hari ini dengan koreksi paling dalam dicatatkan oleh utlitas, konsumer non-primer dan barang baku. Sementara itu sektor finansial tercatat menjadi satu-satunya penopang kinerja IHSG sehingga tidak jatuh lebih dalam.

Secara spesifik, saham perbankan raksasa menjadi motor penggerak IHSG tatkala saham-saham konglomerat ramai-ramai bergerak di zona merah hari ini.

Adapun saham-saham konglomerat tercatat menjadi beban IHSG hari ini dengan kontribusi pelemahan terhadap indeks terbesar disumbang oleh saham BREN dan AMMN.

Sementara itu saham Bank Central Asia (BBCA) naik 1,87% ke Rp 8.175 per saham dan berkontribusi atas penguatan 14,15 indeks poin. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) terapresiasi 0,8% ke Rp 8.780 per saham dengan kontribusi 4,94 indeks poin. Bank Mandiri (BMRI) lompat 2,49% ke Rp 5.150 per saham dengan sumbangsih 10,41 indeks poin. 
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang bergerak pada hari ini. Sentimen terbesar akan datang dari Inflasi AS yang akan diumumkan pada Kamis malam ini.

Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari keputusan BI dan konferensi pers APBN KiTa yang digelar sore hari ini atau beberapa jam sebelum pengumuman inflasi AS.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Desember 2025 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75%.

Keputusan ini diambil sebagai langkah antisipatif (pre-emptive) dan berwawasan ke depan (forward looking) untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 1,5-3,5% pada tahun 2025 dan 2026.

Selain itu, kebijakan ini menegaskan fokus BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Langkah ini menunjukkan sikap hati-hati otoritas moneter. Meskipun ada ruang untuk pelonggaran seiring melandainya inflasi domestik, BI memilih pendekatan pro-stability untuk menjaga daya tarik aset keuangan domestik agar tidak terjadi arus keluar modal (capital outflow).

BI menegaskan akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter sambil tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui kebijakan makroprudensial yang longgar.

Dalam perkembangan terpisah, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah proaktif dengan melakukan lobi tingkat tinggi ke penyedia indeks global, MSCI. Direktur Utama BEI terbang langsung ke New York untuk bernegosiasi terkait aturan free float yang dinilai merugikan emiten Indonesia.

Bursa menekankan bahwa definisi free float di Indonesia sebenarnya lebih ketat (batas kepemilikan 5%) dibandingkan standar bursa lain (10%), sehingga penerapan aturan MSCI dirasa tidak adil jika memukul bobot saham-saham big cap Indonesia.

BEI juga mendesak MSCI agar metodologi yang diterapkan bersifat universal dan non-diskriminatif. Langkah diplomasi ini sangat krusial untuk mencegah potensi keluarnya dana asing (outflow) yang bisa menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking! IHSG Tembus 8.000 Saat Pidato Presiden Prabowo


Most Popular
Features